Cerpen Biru, Rentan Waktu

Baca, Like, Comen, dan Share!

Bagian 2

Mula,
Tetiba kita mengatur jarak disela kesibukanmu dan kesibukkanku,
Sapa yg hampir rutin kita aliri dengan hangatnya rindu,
Kini nyaris berbatas,
Tetapi doa-doa yg kita langitkan bersama tak pernah terbataskan?
Meskipun kita menyadari jawaban-Nya belum berbalas pada harapan-harapan besar kita??
Lekas pergunakan waktu hari ini dengan hal-hal yg baik, dengan kesadaran yg baik, kebermanfaatan untuk ummat dengan cara yg baik, agar Semesta pun bermurah hati memudahkan kita menuju niat baik?

KADO ISTIMEWA 

Palembang, 10 Oktober 2020
Setelah materi demi materi tersampaikan kepada para peserta, ada ratusan kalimat istiqfar yg menemani hari-hari setiap peserta. Kesadaran penuh untuk lebih mendekati apa-apa yg dicintai-Nya dengan sebaik-baiknya penghambaan. Senang bisa saling mengenal satu sama lain, merajut pola-pola ukhuwah dengan pola yg indah. Saling mendengarkan kisah satu sama lain tanpa perlu tahu pasti, siapa yg mengajukan tiap-tiap point pertanyaannya. 

Qadarullah, malam itu Biru mengenal sosok mentor spiritual yg sesuai dengan keadaan psikologinya. Seorang konselor, dan paham dengan nilai-nilai keislaman. Proses menanta hati yg berantakan, belum lagi permasalahan keluarga yg membuat hari-harinya menjadi down. Alhamdulillah, Skenario Langit memberikan episode yg tak terduga bagi perjalanan kehidupannya. Bagaimana tidak? Setelah proses hijrahnya, Allah mentakdirkan dia lebih dekat dengan orang-orang yg baik, lingkungan yg kondusif dengan teman-teman yg tulus, relasi kelas belajar online yg menyenangkan. Baginya itu sudah cukup melegakan pikirannya, setidaknya orang tersebut bisa dijadikan tempat berkonsultasi dan belajar Islam lebih dalam lagi. 

Hari ke hari proses belajar tersebut dilalui dengan sabar. Sebuah perenungan panjang yg didapat di kelas Belajar Online hingga membuat pribadinya semakin mantab menapak dan berjalan ke depan. 

***
Aku memperhatikan perubahanmu secara drastis. Aku mencoba menelaah satu persatu kejadian yg sering kali ku anggap lucu saat mengingatnya kembali, tapi membuatku merasa terharu bisa di titik yg sekarang. Aku mencoba menghubungkan apa yg kamu sampai dulu, dengan pesan tersirat yg ditunjukkan kepadaku saat ini? 

"Assalamualaikum, boleh nggak Biru bertanya?" Sapaku dalam sebuah pesan WhatsApp. 

"Boleh. Mau tanya apa?" Balasnya.

"Nggak jadi" balasku dengan sedikit ragu, mau memulai percakapan mendebarkan itu dari prolog yg mana dulu. 

"Kenapa nggak jadi nanyanya? Tanya saja" dengan penasaran, dia pun membalas pesanku kembali. 

"Sebenernya ada banyak hal yg ingin disampaikan, terkait Azzam bilang kalau dia tidak pernah intens chattingan dengan seorang akhwat."

Lalu, azzam membenarkan stagment Biru. 

"Iya, betul. Nggak pernah, dari dulu Azzam selalu disibukkan dengan hal-hal yg positif. Jadi nggak pernah menemukan sebuah peluang untuk intens chat personal ke Akhwat seintens sekarang. Termasuk dalam hal save nomor handphone. Karena Azzam adalah tipe orang yg males save nomor akhwat. Paling kalau seurgent-urgentnya diwajibkan harus save nomor akhwat. Jika masuk kepanitiaan acara saja. Setelah selesai acara, Azzam sudah nggak save lagi nomor akhwat. Pernah chatting akhwat secara personal, jujur itu bahasan hanya sebatas ruang lingkup dakwah dan event di organisasi. Nggak pernah lebih atau keluar dari bahasan tersebut."

"Qadarullah, Azzam. Biru merasa Kalau Allah itu Sayang banget sama Biru."

Biru menyadari perubahan Azzam yg drastis membuatnya tidak nyaman. Disatu sisi, Biru juga menyadari betapa seorang Faiz yg dirasa cuek di awal perkenalan mereka kini mendadak humble, dan care. 

Bersambung...





Comments

Popular Posts