Tak Ada Yang Benar-Benar Utuh

Baca, Like, Comen, dan Share!


Setiap Keluarga punya tawa dan tangisnya masing-masing. Sebuah tulisan Karya "Satria Hadi Lubis" memberikan kesan yang mendalam bagi kami. Mungkin akan dipandang yang baik-baik saja bagi orang di luar sana. Bahagia selalu dan terlihat tawa di raut wajah itu dengan senyum merekah takkala bertemu. Ahhhh, haruskan mereka tahu tentang tangis kita. Tapi untuk apa?? Tentu untuk meningkatkan ruang kesabaran dan rasa syukur di hati kita. Ada ibrah disana? Selalu Ada ujian di dalam kehidupan ini dari berbagai sisi. Jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia ini, sudah tercatat semua dalam skenario-Nya. Allah sudah tahu ingin meletakkan beban yang dasyat di pundak siapa? Allah tahu pundak siapa yang diberikan kemampuan untuk melalui satu persatu kesusahan, kesedihan, dan keletihan itu. Mudah? Tentu saja tidak, jika tidak ada iman di dalam dada ini. Mungkin sudah pupuslah harapan itu. Tapi yakin kan?? Allah selalu memberikan kemudahan di setiap kesulitan. Coba deh bayangin, kamu tuh keren sudah berada di titik ini? Titik yang dulunya penuh pelik, dan air mata. Sepelik apapun kesedihanmu, percayakan! Selalu ada peluk-Nya disana. Artinya apa? Kamu MAMPU, orang lain belum tentu MAMPU. 

"Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput di rumah sendiri". Begitu kira-kira pepatah mengatakan.  Dampaknya, kita lupa bersyukur terhadap pasangan, anak atau keluarga kita sendiri. Sebab di setiap keluarga punya suka dan dukanya masing-masing.

Ada keluarga yang sukanya terdapat pada pasangannya yang setia, rajin ibadah, saling mesra satu sama lain. Anaknya pintar, hapal al Qur'an, dan berbakti kepada orang tua. Orangtua yang adil, kasih, dan bertanggungjawab terhadap keluarga sesuai kewajibannya. 

Namun di balik keberhasilan tersebut ada duka yang terselip. Misalnya, di balik sosok suami yang setia ternyata nafkahnya kurang, di balik istri yang rajin ibadah ternyata tak bisa memuaskan kebutuhan pangan untuk suaminya, tak pandai mengerjakan kegiatan rumah tangga, di balik kemesraan pasangan ternyata ada perselingkuhan, di antara sekian anak yang sholih terdapat satu anaknya yang bandel. Di kedua orangtua, ada saja salah satu orangtua yang tak memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, tidak bertanggung jawab mendidik anak-anaknya, menyulitkan anak dan istrinya, durhaka kepada Allah. Seakan Allah mentakdirkan di setiap rumah itu tak ada yang sempurna. Di setiap keluarga ada ruang ujian, yaitu ujian tentang kesabaran, keikhlasan, syukur dan tauhid. 

Ternyata, rumput tetangga tak lebih hijau dari rumput di rumah sendiri. Sebab di setiap keluarga ada tawa dan tangisnya masing-masing. Ketika tangis itu meluap, ada peluk-Nya yang mesra untuk membuat hati, dan jiwamu senantiasa mendekap-Nya atau mendekat kepada-Nya. Akan Ada ketenangan yang akan mendamaikan lukamu, dalam riuhnya pikiran kacau itu. Akan Ada do'a yang teriijabah dalam riak muka air itu. Sabar, Allah itu Maha Besar. 

Lama tidak pulang, seminggu meninggalkan banyak cerita yang tersembunyi di hati kami. Aku menyimpan rindu itu dalam-dalam sembari menyelipkan do'a terbaik untuk Ibu, dan adik-adikku. Aku abaikan semua kekhawatiranku soal ketidakbahagiaan itu. Soal tangis yang tesekap dalam sunyi itu. Aku jalani kehidupanku sebagaimana mestinya. Ahhhh, tak seberapa kesedihanku dibandingkan kesedihan anak-anak di negeri Palestina dan Syam, atau di negeri-negeri yang penuh dengan narasi konflik serta peperangan. 

29 Mei 2023,
19.30 WIB
Hari ini Aku pulang Ibu. Aku ingin melebur rindu itu untuk jadi temu. Temu yang dulunya tak pernah berjarak ataupun berjedah diantara kita. Temu yang tak ada ruang sekat di dalamnya. Ketika Aku hendak ingin membawa tawa dan bahagia itu, seketika tangismu pecah dengan nada Sengughkan. Tak ada kata apapun yang bisa terucapkan ketika tangis itu pecah. Engkau berusaha membalut kesedihan itu sendiri, dan menghapus tangismu sendiri dengan uluran jilbab panjang itu. Sementara Aku tak bisa membendung tangisku, kau tahu Ibu! Tangisku pecah seketika, Aku memelukmu dengan sangat erat. Memastikanmu dan kondisi hatimu baik-baik saja. Hatiku hancur saat melihat kekuatan dalam hidupku pun hatinya tengah hancur. Aku hanya bisa menghibur diri sendiri. Tanya itu selalu terucap dalam lisanku. 

"Ibu kenapa menangis? Ibu cerita? Ada apa? Ibu baik-baik sajakan?"

Sementara tangismu masih terdengar Sengughkan. Aku duduk bersimpuh di depan kakimu. Tanganku memelukmu dengan sangat erat. Ibu, Aku Memastikan bahwa engkau baik-baik saja. Tapi Aku tahu, ketika engkau menangis tandanya engkau sedang tidak baik-baik saja. luka itu terlalu besar untuk didiamkan sendiri. Ketika engkau menangis, artinya engkau tak siap menyimpan kesedihan itu sendiri. Tak apa-apa Ibu menangislah! Ada peluk anakmu ini, ketika tak Ada peluk suamimu yang mendekap engkau dan tak bisa mendamaikan hatimu yang porak-poranda. Meskipun Aku tahu tangisanmu akan melemahkan hatiku. Tak ada yang lebih tabah selain Ibuku. Setelah sekian tahun lamanya. Ini adalah kedua kalinya Aku melihat Ibu menangis. Ibu nggak sendirian kok. Ada Aku! Aku akan berusaha membahagiakan Ibu semampuku, tak perduli apapun yang terjadi. Please! Jangan patahkan kembali hatiku dengan tangismu Ibu. Aku tak sanggup bersandiwara pada yang lainnya seolah keluarga kita baik-baik saja. Berjanjilah untuk selalu menemaniku! Aku tak bisa kehilangan satu sayap malaikat dalam hidupku patah, Aku tak bisa tanpamu. Berjanjilah selalu! Engkau akan menemani Ketidakmandirianku terhadap sesuatu. Aku masih jadi anak yang cengeng meskipun sudah dewasa. Aku sayang Ibu! Kita Kuat dan Mampu yah Ibu! Love ❤ Ibu. 

Baik-baik yah Ibu disana!
Aku sedang berikhtiar keras untuk menjadi anak yang shalehah untukmu. Meskipun Aku tahu, di masa lalu Aku adalah seorang pendosa. Tapi Ampunan Allah begitu luaskan Ibu untuk hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat. Aku ingin membahagiakan Ibu. 

Palembang, 29 Mei 2023
21:03
With Love, 
Keluargaku, 

Comments

Popular Posts