Surat Terbuka, Teruntuk Tuanku

Baca, Like, Comen, dan Share!


Surat terbuka dari perempuan sederhana ini untuk Lelaki biasa itu. Perempuan yang kadang suka lupa soal wacana lalu, tapi suka rewel jika harus berjuang membangunkanmu setiap paginya, selalu setia menyiapkan sarapan dan teh hangat untukmu. Bahkan sesekali bolelah Aku tak setia dengan 1 rutinitas itu, lantaran kelalaian kita berdua soal quality time yang tak tepat pada kondisinya. Tentang perempuan melankolis ini, selalu terencana soal baju kerja apa yang harus dikenakan olehmu keesokan harinya. Karena bahasa cinta kita berbeda, bolehlah jika setiap sebelum pergi berkerja Aku bermanja-manja, entah itu permintaan penuh do'a setelah peluk hangat itu tertuju padamu tuanku. Soal do'a-do'a terbaik kita, soal canda tawa kita sebelum berpisah untuk menjemput rezeki-Nya di masing-masing profesi kita, dan Allah sebaik-baik-Nya penjaga kita. Bahkan selalu ada kerelaan itu meskipun dengan permintaan tolong untuk kesekian kalinya soal menjemur handuk, atau setelah keluar rumah ada peringatan kecil soal ketelitian kita tentang saranan kerja kita. Ahhhh, kelak ada hal sederhana inilah yang bisa kita kenang bersama. Habbits yang tak selalu indah, tapi punya cerita.

Setelah hari itu Aku belajar untuk tak meletakkan ekspektasi kebahagiaan di standar hidup orang lain. Biarlah kita yang cipta soal romansa suka duka dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.

Terimakasih untuk kesabarannya, pemaklumannya, ketenangannya, dan kerelaannya dalam mengemban tanggung jawab sebagai seorang Imam itu kelak di hadapan Allah.
Terimakasih karena selalu setia mengarahkan, membimbing, mendidik diri untuk senantiasa bersyukur, bersabar, dan ikhlas terhadap apapun yang kita lewati bersama.
Terimakasih soal kesederhanaan kata yang mampu merendahkan bahkan merendamkan setiap ego dalam diri ini. Terimakasih soal kebaikanmu yang mungkin saat ini belum bisa kupahami seutuhnya untuk kebaikan dunia dan akhiratku. Maka, Maaf atas ketidaksempurnaan diri ini dalam berbagai hal.

He: "Bukan masanya lagi untuk menghabiskan waktu nongki diluar. Terlalu banyak kemudharatan. Bukankah dulu ketika sebelum menikah sudah melalang-lang buana."

She: "Tapi jika boleh kusarankan, kita berbanding terbalik. Justru Aku sangat merindukan masa-masa dimana Aku bisa nongki diluar, bertemu banyak orang selain hanya untuk berkutit di dunia kerja, menikmati hari, paling tidak memberikan reward pada diri sendiri, setelah berlepas lelah pada penatnya pekerjaan. Entah itu untuk sekedar jalan-jalan, wisata kuliner, atau menikmati hamparan sawah ataupun perkebunan milik orang lain. Pergi ke suatu tempat yang kita rencanakan bersama. Aku paham sebagai seorang muslimah healingku harusnya tak tertuju pada kesenangan dunia saja. Tapi lumrah, bukankan Aku ini tulang rusuk yang bengkok. Jadi bisakan engkau mengarahkan ku secara pelan-pelan. Bolehlah, jika Aku memberikan penawaran khusus padamu. Kalau Aku butuh Quality Time berdua denganmu. Maka, sejak hari itu kita sepakat "mengiyakan" sesuatu yang mungkin tak bisa kita "Iyakan" Setiap keadaannya. Aku memberi waktu untukmu seharian penuh bersuka-ria pada hobimu, sedangkan kamu memberikan waktu seharian penuh bagiku di rumah untuk Me-Time dengan inginku. Ternyata, kita hanya butuh negosiasi untuk semua keputusan yang kita sepakati dan ambil bersama. Tapi setelah Aku memberikan pelayanan terbaik dalam versiku, disitu Aku merasa dicintai seutuhnya olehmu. Bahwa Aku adalah Ratu di hatimu yang akan menemani hari-harimu. Bahkan seperti yang kau katakan padaku "Sayang, Aku ini adalah seorang Lelaki yang nampak seperti anak kecil bila didekatmu." Baiklah! Aku paham!

Palembang, 24 Agustus 2024
12:41

Comments

Popular Posts