Problematika Dalam Rumah Tangga

Baca, Like, Comen, dan Share!



##
Malam, All!!
Hari ini Aku akan bercerita tentang perbincanganku dengan salah seorang mitra kerja kami di KC.
***

Part 1
Sebelumnya, seorang Ibu Rumah Tangga Cantik, dan Anggun datang ke Business Center kami. Beliau bernama Mbak Wita, orangnya sangat ramah dan rame. Jika ada perbincangan yang membuat dirinya merasa lucu. Mbak Wita akan tertawa dengan suara lengkingan yang khas. Mbak Wita adalah orang yang sangat respect kepada orang-orang disekitarnya. Saat beliau datang, kami memberikan pelayanan yang baik kepadanya dengan cara membuka topik diskusi, dan tanya jawab. Hehehe... Udah kayak zaman kuliah aja ya... Ada opsi diskusi dan tanya jawabnya? Upssss... Yang ini beda pembahasan.

Kebetulan hari itu Aku bertanya kepada Mbak Wita?

"Habis ini mau kemana mbak? Ke majelis taklim lagi kah? Masya Allah, sepertinya sibuk sekali ya mbak ini? Atau ada planning mau menjemput anak-anak mbak sekolah?"

"Anak-anak pulangnya sore Dian. Jadi sebelum pergi ke Sekolah, Mbak mau ke rumah adik Mbak dulu. Di kompleks ini kok... Rumahnya. Mau melihat keponakan. Soalnya lagi Nggak ada orang. Kasian kalau mereka nggak di kunjungin. Walaupun Bukdenya ini Nggak lama. Paling cuman mantau aja kegiatan mereka di rumah. Maklumlah, Bukdenya ini kan super sibuk", ujar Mbak Wita dengan tertawa kecil.

"Lah... Memangnya kemana kedua orangtua mereka Mbak?" Tanyaku dengan penasaran.

"Kerja semua Dian. Mereka pergi pagi, pulang malam. Sibuk sendiri", Jawab Mbak Wita.

"Kerja dimana Mbak? Ouh Iya, Dian juga mau nanya? Bolehkan Mbak?", tanyaku balik. Untunglah suasana BC lagi sepi. Paling Pak Edy Aja yang Nyengir ngedengerin perbincangan kami.

"Adik Mbak yang Laki-laki. Dia kerja di Perusahaan Asuransi. Kalau Istrinya pegawai Bank. Jadi Taulah sendiri! Kedua-duanya bekerja dengan tantangan beberapa target yang memusingkan kepala mereka. Dan Saya tidak heran lagi, melihat siklus rumah tangga mereka yang seperti itu. Suaminya pun Nggak marah kalau istrinya jadi pegawai Bank. Karena sebelum menikah mereka sudah membuat prinsip dan komitmen masing-masing yang harus direalisasikan ke dalam kehidupan rumah tangga mereka di masa mendatang. 

Hehehe... Gitu Dian kalau mau menikah! Harus punya visi-misilah, mau dibawa kemana rumah tangga itu? Minimal sudah punya gambaran kedepannya mau membangu  komitmen yang seperti apa? Antisipasi agar tidak terjadi miskom (Miss Communication). Bahkan, Mbak dulu sebelum berhijrah seperti ini! Mbak juga wanita Karir. Karyawati disalah satu perusahaan obat kimia terkenal. Dari dulu, Mbak selalu sibuk dengan rutinitas sendiri. Tapi nggak sampai lupa Anak-anak dan Suami ya?? Hehehe... Kalau ditanya, apa sekarang udah nggak sibuk lagi? Yaa... Jawabannya Masih sibuk. Tapi kalau ditanya sudah Resign dari Kantor. 

Alhamdulillah, Mbak sekarang sudah benaran Resign dari status karyawati. Karena merasa sudah tua. Jadi sadar diri, sekarang fokus ngurusin Anak-anak dan suami saja. Jujur, kalau buat Stop dari rutinitas di luar rumah dengan sebenar-benarnya. Sepertinya belum deh! Karena Mbak tipe orang yg aktif. Jadi, sekarang keluar rumah lebih sering untuk datang ke majelis-majelis ilmu saja. Kalau Anak-anak belajar di sekolah, suami kerja di kantor. Lahhh... Saya juga harus belajar dunks di luar rumah. Memanfaatkan waktu yang kosong", tutur Mbak Wita.

"Masya Allah. Jadi Mbak sebelumnya adalah Karyawati dan Mantan Wanita Karir ya? Hehehehe... Aku pikir Ibu Rumah Tangga Tulen Mbak. Terus gimana tanggapan Mbak tentang Wanita Karir? Salah Nggak sih? Baiknya perempuan itu di rumah saja atau gimana Mbak?", tanyaku lagi dan lagi.

"Gimana ya Dian?? Kalau menurut Mbak sih mongo-mongo saja kalau mau menjadi wanita Karir. Asal inget sama kewajibannya sebagai seorang ibu, sekaligus sebagai seorang istri. Jangan sampai terbengkalai. Perlu manajemen waktu yang baik. Kalau sudah terbiasa melakukan dan menunaikan kewajiban tersebut dengan baik. Pasti efeknya buat hati happy-happy saja. Kalau merasa banyakan mudharatnya, mendingan jadi IRT saja. Tugasnya ayem-ayem nungguin suami dan anak-anaknya pulang ke rumah. Tapi, buat Ibu-ibu yang nggak tahan. Biasanya dapat memicu konflik. Lebih sering ngambekan sama suami. Sensi sama Anak-anak kalau dongkol hati sama suami. Marahnya ke anak-anak. Ihhh serem sendiri kan jadinya. Efek jenuh di rumah, karena kelamaan nungguin suami pulang. Suka kepoin suami, bawaan cemburuan. Introgasi aktivitas suami di kantor. Kan suami jadi kesel. Bahaya juga kan! Nah, konflik yang begituan mending jadi Wanita Karir saja. Kalau tidak bisa mengatasi dirinya sendiri dalam membangun keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Kadang bagi mereka yang sebelum menikah Sudah Terbiasa beraktifitas di luar rumah, dan bisa memanajemen waktu dalam menunaikan kewajiban dengan baik di dalam rumah. Baiknya  tetep dijalani saja kerjaannya.  Walaupun nantinya sudah menikah dan Punya Anak-anak. Kalau kita bisa bagi waktu, tanpa mengurangi waktu bersama keluarga. Lanjutkan saja. No, problems! 

Buat Dian, kayaknya lebih cocok jadi wanita Karir deh. Karena sudah bisa manajemen waktu sendiri. Kelihatan. Hehehe upss... Bisa terlatih. Sekarang Rutinitas Mbak. Pagi, Mbak shalat berjamaah sekeluarga di istana kami. Selesai itu, Mbak masak dan menyiapkan sarapan buat anak-anak, dan suami sebelum mereka pergi ke sekolah dan ke kantor.  Pagi, tugas suami juga rapel. Nganterin anak-anak ke sekolah. Sementara Mbak, bersih-bersih rumah! Lebih tepatnya jadi IRT profesional di rumah sendiri ceritanya. 

Hehehe... Kalau sudah jam 10, Mbak pergi ke Yayasan Madani. Mengikuti kelas Tahsin. Kadang Kalau ada majelis-majelis ilmu datang ke masjid-masjid dengerin tausiyah. Jam 3 baru OTW sekolah, dan Mbak yang bertugas menjemput anak-anak pulang. Sore Kembali ke Rutinitas Rumah sebagai IRT. Malam sesekali Mbak pergi Dinner bersama anak-anak dan suami di luar. Malam, kelolah bisnis online. Dan bersua bersama Suami. Hehehe... Ehhh... Lupa. Oke. Gitu aja Dian rutinitas Mbak, gak ribet-ribet amat, dan yang perlu diingat semua rutinitas Mbak di luar rumah sudah Seijin Suami ya? Biar Allah Ridho, dan Aktivitas serta perjalanan harian kita menjadi berkah. 

Hmmmm... Lah kok jadi curhat gini ya Mbak?? Sekarang, Tinggal Dian sendiri yang memilih. Mau menjadi wanita Karir yang punya jiwa Rabbani atau IRT yang biasa-biasa saja! Kalau mau jadi IRT juga boleh, dan bukanlah suatu kesalahan. Saran Mbak, jadilah IRT yang berkualitas? Patuhi dan taati Suami yg Sholeh, tunaikan kewajiban  sebagai seorang istri dan membina anak-anak dengan kerja, Lillah Wa Amanah! Insya Allah, Sang Pencipta Akan mengarakan rumah tangga dan keluarga kita dengan realisasi sakinah, mawadah, warahmah untuk menuju Jannah-Nya", jelas Mbak Wita dengan sangat rinci.

Bersambung...

Masya Allah, thanks buat diskusinya Mbak Wita. Semoga bermanfaat bagi kami yang belum berumah tangga. Sedikit banyaknya, bisalah jadi referensi. Memang sih, teori itu nggak semudah realitas yang ada. Tapi, kalau menghadapi beberapa kemungkinan yang seperti kita bahas diatas tadi! Bisalah ambil keputusan yang bijak. 

Palembang, 050918
@dianazzahrast

Comments

Popular Posts