KISAH MOTIVASI RUMAH TANGGA

Baca, Like, Comen, dan Share!


#Basmallah
#Queto


Malam, All!!
Hari ini Aku akan bercerita tentang perbincangan Patner Kerjaku tentang Perjalanan rumah tangganya. Kenapa?? Karena bagi beliau, Aku perlu memahami seperti apa lika-liku kehidupan berumah tangga. Anggap saja sebagai pendeskripsian bahwa kehidupan pasca menikah itu tidak semudah yang dibayangkan! Perihal menikah adalah ibadah terpanjang. Jika tidak adanya komunikasi yang baik, bisa-bisa roboh pondasi. Aku harus belajar untuk membuat prinsip dan komitmen yang efektif sebelum menikah. Jika tidak ada komitmen sebelum menikah, konflik akan menjadi  lebih muda hadir dalam istana kita.  Oleh sebab itu, paling tidak dengan sebuah prinsip dan komitmen. Keduanya   dapat membangun sebuah keluarga yang harmoni. Walaupun realnya! Tidak ada pernikahan yang  tidak ada ujiannya! Pasti ada-lah suka-dukanya. Tidak semerta-merta bahagia selalu, atau bersedih-sedih dengan waktu yang berkepanjang. Semua ada Jedahnya.

Benar, jika Mbak Wita berkata demikian! Kalau tidak siap menjadi IRT yang sepenuhnya. Bisa-bisa timbul konflik. Karena Saya pun pernah mengalaminya.

***


Sebelum menikah, Saya dan Istri adalah seorang aktivis kampus. Saya asli tinggal di Palembang, berdarah jawa. Sedangkan Istri Saya sendiri, tinggal di Lampung dan berdarah Sunda. Setelah menikah, dia turut suami. Alhamdulillah kami tinggal di Palembang. Awal-awal menikah sangat menikmati yang namanya pacaran setelah menikah. Indah banget. Hari-hari rasanya berseri Mulu. Dunia milik berdua deh. Kami menikah tahun 2008, tapi Allah memberikan momongan kepada kami di tahun 2015. Jadi hampir 8 tahun Allah menguji kami. Pasti buat pasangan suami-isteri yang pernah diuji dengan hal beginian! Sudah tahu seperti apa nikmat-Nya. Masya Allah banget.


Berapa banyak air mata yg mengalir dari wajah istri Saya, hanya karena mendengarkan perkataan orang-orang di luar sana tentang kami.  Sebelum kami memiliki momongan. Hampir setiap hari Saya menguatkan hatinya untuk menjadi seorang istri yang tangguh dan tidak mudah rapuh. Setiap hari juga, Saya menyediakan bahu Saya, dan pelukan hangat serta sayang kepadanya. Saat lisan orang-orang serta teman-teman terdekat kami, tengah menyayat hatinya. Saya selalu menghiburnya, membalut luka hatinya, mengusap air  matanya setiap kali ku jumpai wajahnya dihadapanku.

Masih Saya ingat jelas. Perkataanku kepadanya.
"Sabar sayang! Jangan dengarkan orang-orang, kalau kita berputus asa dari Rahmat Allah, nanti Allah Murka. Anggap saja, setiap tutur dan tanya mereka itu sebagai angin lalu, serta penyemangat bagi kita untuk lebih maksimal lagi dalam berikhtiar kepada-Nya! Senyum dunks, sekarang kan kita lagi menikmati masa-masa pacaran setelah menikah yang Allah kasih", sembari mengusap kepalanya yang bersandar dipelukku.

Alhamdulillah, meskipun Saya tahu di dalam hati kecilnya masih terasa sesak, dan di matanya masih tersisa tangis. Setidaknya kata-kata romantisku cukup menghibur hatinya walau sesaat. Tapi, tetap syukuri saja. 2015. Semua kesedihan kami berakhir! Allah mengabulkan harapan-harapan kami, dan memberikan kami momongan dengan dikarunia seorang anak yang bernama Ibadurrahman. Kebahagiaan itu kami rawat dan kami bina, serta kami didik dengan sebaik mungkin. Sebab, anak adalah Amanah bagi kedua orangtuanya!

***


Setelah menikah, Istri Saya memutuskan untuk menjadi seorang IRT tulen. Sementara Saya bekerja di salah satu perusahaan Herbal yang cukup terkenal di Indonesia sebagai  seorang karyawan. Adapun rutinitas jam kerja yang biasa dilakukan seorang  karyawan yaitu pergi pagi, pulang malam. Alhamdulillah, karena background perusahaan tempat Saya bekerja adalah  perusahaan muslim. Jam kerja kami hanya sampai jam 17.00 WIB. Kalaupun harus lembur, paling lembur pulang jam 19.00 WIB. Sisa waktunya bisa istirahat dan menenangkan pikiran. Kadang jika si kecil kami belum tertidur. Ya, Saya main Sama Si Kecil dan Umminya. 

***


Hari itu, Suasana pekerjaan lagi ruwet-ruwetnya. Suasana hati Istri pun ikut jenuhnya. Timbulah sebuah konflik kecil. Seperti yang dikatakan oleh Mbak W sebelumnya. Jika tidak bisa menjadi IRT yang berkualitas, mending jadi wanita Karir yang Rabbani Saja. Biar nggak banyak mudharatnya. Nah, ternyata Istri Saya sudah jenuh jadi IRT yang fokus di rumah. Jadi, kalau Saya pulang kerja dia suka sewot sendiri. Bawaannya pengen marah terus, cemburu aja. Cekcok hampir tiap hari. Terus Saya langsung cari solusi. Gimanalah caranya mengatasi kejenuhan Istri di Rumah? Akhirnya Saya ijinkan, Istri Saya bekerja di luar rumah. Saya kasih pilihan. Maunya kerja apa? Qadarullaah, Dia memutuskan untuk mengajar di salah satu Sekolah Islam Terpadu yang terkenal di Palembang. Semenjak bekerja, amarahnya mulai luntur. Hmmm... Ternyata disitu Saya baru menyadari. Bahwa Istri Saya juga ingin dihargai dengan cara disupport potensinya agar tak sia-sia studi keilmuan yang telah dia pelajari dulu saat duduk di bangku perkuliahan.

Jadi kesimpulannya apa? Saya meridhoi Istri Saya menjadi wanita Karir yang punya jiwa Rabbani. Asalkan dia tidak melalaikan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri. Selain itu, Saya memahami bahwa perempuan yang memiliki tingkat starta pendidikan yang tinggi butuh dihargai, dan disupport supaya mereka bisa share ilmu, dan  mengembangkan potensi mereka dalam beredukasi, dengan cara seperti itu mereka jadi berani bereksistensi.



Comments

Popular Posts