Kutipan Mutiara Buku Jangan Dulu Patah Karya Azhar Nurun Ala

Baca, Like, Comen, dan Share!


JANGAN DULU PATAH
Serpihan Renungan Tentang Hidup, Cinta, dan Kesendirian
Writer by: Nurun Ala
Desember, 2019
153 Hlm

Di sela kepadatan aktivitas itu...
Di tengah dunia yg bergerak begitu cepat...
Bersama "perasaan tertinggal" yg betah berumah dalam hati dan pikiran...
Aku sering curi-curi waktu untuk menyendiri. Mempertanyakan aneka persoalan. Mengendalikan satu-dua hal terkait keseharian. Merumuskan simpulan-simpulan.

LUKA
Sayangnya, kamu lupa. Ketika kamu merayakan satu kesedihan, boleh jadi kamu sedang melewatkan berbagai momen bahagia. Sayangnya, kamu lupa bahwa ketika kamu menyendiri, kamu juga sebenernya sedang membuat orang-orang yg mencintaimu merasa sendiri dan terluka.
Kamu juga barangkali lupa bahwa hidup harus dilanjutkan, arti harus dicari, dan cinta harus terus tumbuh.

TAK PERLU JELASKAN APA-APA
Dosa yg sebenarnya adalah melawan fatwa hati dan hawa nafsu.

MEMBENCI
Tapi, kita memang perlu terbiasa untuk memaafkan. Ya! Memaafkan diri sendiri dari kenaifan yg terdengar klise, membungkus diri dalam aura yg terlanjur negatif, dan apapun yg membuat hatimu remuk seketika tenggelam dalam kesalahan yg sama. Cukup! Lalu berusahalah untuk bisa memaafkan dirimu sendiri.

UNDO 
Dalam hidup, ketika kita melakukan kesalahan... Misalnya melukai hati seseorang, tak ada tombol "undo" yg bisa ditekan. Mau tidak mau, kita harus meminta maaf. Itu pun, selain tidak mudah dilakukan, tentu tak memperbaiki segelanya.
Kita tak bisa begitu saja menghindari tanggungjawab, hanya karena hal tersebut tak menyenangkan buat kita. Sebab, beberapa hal dalam hidup memang tak selalu berjalan sesuai keinginan.
Ingin meminta maaf. Tapi jika dirasa dengan meminta maaf ternyata lebih besar mendatangkan kemudharatan yg baru. Maka, cukuplah meminta maaf pada-Nya dengan sebaik-baiknya taubat.
Seandainya dalam hidup manusia ini ada tombol "undo" pasti sudah rusak karena begitu sering ditekan.

JEDA
Kita marah, kita protes, kita kecewa, kita kesal. Waktu terus berjalan. Bumi masih berputar. Sebagian ilmu yg datang dari pengalaman, seringkali baru tampak setelah kita mengambil jarak dari pengalaman itu. Setelah hari demi hari berlalu. Pemahaman butuh jeda.

Waktu & Kesebaran
Allah mencipta begitu banyak pasangan pertanyaan-jawaban, tapi tak selalu menurunkan keduanya di waktu yg sama. Aku juga selalu percaya, di kolong langit ini, setiap orang selalu punya satu atau beberapa pertanyaan sulit dalam hidupnya, yg sekeras apa usahanya mencari jawaban, tidak jua bertemu.
Sampai waktu berlalu dan tabir demi tabir terbuka, pertanyaan itu sedikit demi sedikit terjawab dengan sendirinya. Kadang-kadang, yg dibutuhkan cuma waktu dan kesabaran.

Kebutuhan
"Rida dengan ketetapan Allah yg tidak menyenangkan adalah tingkat keyakinan yg paling tinggi."-Ali bin Abi Thalib-
Suatu kejadian yg tak menyenangkan dalam hidup ini adalah ujian pengkuat keimanan kita. Ujian adalah kebutuhan yg harus diselesaikan, supaya kita naik kelas.

Isyarat Langit
Kita sering melihat sebuah kejadian--perjumpaan, keberjarakan, perpisahan, hingga tragedi kematian--- sebagai satu hal tunggal. Satu peristiwa indenpenden yg membuat kita begitu khawatir akan masa depan, sebab kita merasa tak punya kendali atasnya.
Padahal, apa-apa yg ada di semesta inj terkait satu sama lain. Kejadian satu, adalah akibat dari kejadian lain yg terjadi sebelumnya. Dan di atas semua itu, setiap peristiwa berlangsung menurut kehendak-Nya. Lalu membuat hati bertanya dan mencari: isyarat apa yg ingin Tuhan sampaikan lewat peristiwa tersebut?

Mengerjakan Bagian Kita
Tugas kita adalah berjuang sekeras-kerasnya, sehebat-hebatnya. Berhasil atau tidak, terserah Allah. Tugas kita adalah menanam dan merawat. Berapa banyak yg kita panen, terserah Allah.

Mencari Jalan Keluar
Kita tak berhenti melangkah walau sedikit. Bertahan meski sesekali rasakan sakit. Sebab, dalam upaya-upaya yg sekedarnya itu, kita yakin 'kan bertemu jalan keluar.

Alasan
Sebagian tanya dalam hidup memang cuma bisa dijawab oleh waktu. Maka, seperti ulat yg butuh waktu untuk jadi kupu-kupu, atau kuncup bunga yg butuh waktu untuk mekar dan memesona, kadang-kadang kita hanya perlu lebih bersabar.
Barangkali kita perlu merenungkan dengan sungguh-sungguh sajak Jalaluddin Rumi ini:
"Jika awan tak menangis, akankah taman mekar?"
"Jika bayi tak menangis, akankah susu mengalir?"

Kamu Tahu
Sebab, kamu tahu, kamu bisa lebih baik dari ini. Kamu tahu, kamu belum mengeluarkan potensi terbaikmu. Kamu tahu, kamu bisa bekerja jauh lebih keras. Kamu juga tahu, puncak hanya dapat digapai dengan mendaki jalan terjal yg seringkali penuh dengan aneka rintang yg melintang. Hasil tak pernah mengkhianati usaha, kan?

Jangan Dulu Patah
Jangan dulu patah. Masih ada waktu. Masih tersedia ruang untuk bergerak dan mencoba. Masih ada kesempatan untuk melakukannya sekali lagi, atau mungkin beberapa kali. Utuhkan kembali niat mulia yg sempat mengisi penuh hati dan kepalamu, mewarnai siang dan malammu.  Jangan berhenti disini.
Di atas semua itu, teruslah berdoa dan berbaik sangka. Jika daun yg sudah menguning saja tak'kan jatuh tanpa izin-Nya, apalagi cita-citamu yg indah itu.

Apa pun yg Terjadi.
Jangan Mengeluh.
Jika menghadapi situasi sulit dan bisa berbuat sesuatu untuk keluar darinya, keluarlah. Jika tidak, kita jalani saja dengan sabar.





Comments

Popular Posts