Quetos Vidhia, Penghujung Rindu Dan Haru

Baca, Like, Comen, dan Share!




Bidadari tak bersayap yg selalu ada disaat fase-fase kritis dalam hidup kita, 
Dimana doa-doanya nggak pernah absen menjangkau langit-Nya, 
Kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun, selama masih ada, teruntuk yg terbaik? 

Ibumu, Ibumu, dan Ibumu.
Lebih tepatnya, "Ibu" Kita. 
Teruntuk semua gadis kecil ibu yg saat ini tengah beranjak dewasa. 
Tapi sedewasa apapun kita dalam pandangan orangtua,
Kita tetapkah anak-anak.

Sebelum detik-detik mengharukan itu tiba, Coba ingat-ingat kembali,
Bagaimana proses bertumbuhnya kita yg sekarang?? 
Ada perjuangan Ibu yg melahirkan kita dengan bertarung nyawa, memberikan nutrisi Asi yg sehat buat kita, merawat, menjaga kita dengan sepenuh hati, 
Ada perjuangan Bapak yg dengan susah payah berlelah-lelah menafkahi kita, menjaga, membesarkan, memberikan pendidikan yg baik untuk Kita, dengan jerih keringatnya menjadi saksi-Nya kelak di hari perhitungan, bagaimana Bapak mencukupi, memenuhi kebutuhan hidup kita dengan rasa tanggungjawabnya,
Maka, kita tidak akan sanggup untuk membalas semua kebaikan-kebaikan mereka berikan kepada kita. 

Lalu dengan mudahnya Kita meminta/berharap Ibu-Bpk kita akan paham dengan apa yg menjadi keinginan kita? 
Kita rasa nggak semudah itu,
Butuh perjuangan, 
Dialog dari hati ke hati,
Sebenarnya, 
Kita tidak ingin memberatkan dan menjadi beban siapapun dalam hal ini?
Karena esensi menikah itu bisa terjadi dalam durasi yg singkat,
Bisa 6 detik ataupun 7 detikan, bahkan kurang dari itu, 
Indikasi Jodoh yaitu: "Allah mudahkan semua proses dan urusannya". 

Kita tahu, proses itu berjalan dengan sakral, disaksikan para malaikat, seisi langit dan bumi-Nya,
Ada air mata yg tumpah setika janji terucap, 
Peluk yg hangat dari kedua orangtua kita, sahabat-sahabat terbaik, dan keluarga terdekat kita,
Doa-doa beriringan yg mengantarkan rumah tangga itu nantinya menuju sakinah, mawadah, dan warohma, 
Seketika, bisakah kita melihat wajah-wajah teduh Ibu/Bpk kita memudar seakan merasa kehilangan kita (gadis kecil) mereka,
Dalam persepsi mereka, 
Mereka sudah tak bisa turut andil mengambil peran seperti semula, tak bisa turut campur urusan rumah tangga kita di masa depan, 

Sudah "Ku serahkan dengan ikhlas, dengan kepercayaan yg baik" anak perempuanku kepada yg menjadi pendamping hidupnya,
The Real kehidupan kita adalah setelah menikah, 

Kini bukumu sudah tebit,
Selamat menikmati prosesnya, 
Proses mengenal tanpa batas akhir,
Ibadah terpanjang yg penuh dengan perjuangan,
Semoga selalu dimudahkan,

***

Vidhia perempuan biasa yg bertemu seorang pemuda yg Masya Allah dalam hidupnya.

"Bir, kenapa sih. Kok nggak ada yg mau sama Aku gitu?"

"Maksudnya gimana Vid?"

"Iya. Aku udah capek berjuang sendiri dengan sekompleks permasalahan hidupku dan keluargaku. Rasanya diusia ke 25 ini Aku pengen cepet-cepet nikah. Biar ada yg nemenin, nguatin Aku,  ibadahnya lebih maksimal lagi, dan biar ada yg ngebimbing Aku. Apa segitu takutnya mereka sama Aku, kok nggak ada 1 pun lelaki yg serius ngajak Aku nikah gitu. Chattingan sama lelaki aja Aku nggak pernah."

"Iya, bagus dongs Vid. Meding gitu. Daripada hidup dalam kata-kata manis lelaki. Nyatanya malah cuman omdong. Giliran ditantang serius, pada mundur teratur. Sabar aja, nanti juga waktumu akan segera tiba. Biasanya yg diem-diem kek gini, nikahnya cepet."

"Aamiin ya rabbal Aalamiin. Iya, Aku sih maunya gitu. Udah capek berjuang sendiri. Bir, kalau Aku nikah duluan gimana?"

"Iya, nggak apa-apa sih. Kalau jodohmu udah datang. Aku juga nggak bisa ngelarang. Selagi itu baik. Aku tetep support kok."

***
BERKAH RAMADHAN. 1 Tahun berlalu.

Mbak Vidhia, Pekan depan kita ada agenda Jelajah Alam. Apa Mbak Vidhia bersedia ikut. Alhamdulillah, kita sedang menjalin silaturrahmi dengan pemuda-pemudi yg ada di berbagai desa di kabupaten kita. Jika Mbak, Vidhia berminat nanti Saya coba meminta ijin pada orangtua Mbak Vidhia.

Awalnya Aku ragu dengan kegiatan tersebut. Jujur, kegiatan Jelajah alam (Paiker) seperti itu tidak pernah ku ikuti sebelumnya. Alhamdulillah, lagi-lagi pemuda itu meyakinkanku bahwa dialah nantinya yg akan bertanggungjawab untuk meminta ijin pada orangtuaku.

Sabtu, 2020. 
Pemuda itu dateng ke rumah hanya untuk menemui Bapak. Mungkin awalnya terasa canggung. Tapi dengan niat yg baik. Tanpa basa-basi panjang. Refleks Pemuda itu langsung berbicara kepada Bapak.

"Pak, maaf. Ken kesini mau meminta izin. Mbak Vidhia untuk mengikuti jelajah alam (Paiker)."

Sejak awal kedatangannya ke Rumah kami. Jujur, Bapak sudah memberikan Kepercayaannya kepada Pemuda itu. Bapak, mengenal Ken sebagai Pemuda yg baik. Dia seorang aktivis dan pengiat sosial, seorang relawa di salah satu lembaga Zakat ternama. Bahkan pelopor pemuda-pemudi di desanya di bidang literasi, dll. Jadi kurasa, kedatangan yg kedua kali ini ke Rumahku tidak cukup berjuang. Alhamdulillah, sore itu Bapak memberikan respon yg cukup baik pada Ken. Respon Bapak, terserah Vidhia saja. Asal nggak ngeluh capek. Karena Vidhia ini, nggak pernah ikut kegiatan seperti itu sebelumnya. Bapak mengijinkan. Nah, tinggal Vidhia. Mau atau tidaknya? 


#QuetosVidhia

Comments

Popular Posts