Cerpen Mbak Anissa

Baca, Like, Comen, dan Share!

"Inilah keterbatasan Ukhuwah Islamiyah kita, yg tak bisa selalu bersama, berkumpul/bercanda ria seperti dulu lagi, dengan kesempatan waktu yg cukup untuk kita bertatap muka. Dan ini bukalah suatu penghalang untuk tetap menjaga Cinta kita, mengikat hati kita di atas dasar cinta karena-Nya. Maafkan segala keterbatasan Mbak Anissa selama ini, maafkan cinta Mbak yg tak utuh ini.

Kalian yg dulunya pernah menjadi jagoan kecilku, anak-anak didik/binaanku. Kini tlah tumbuh menjadi anak-anak yg dewasa. Sudah bisa menentukan mana yg baik-benar. Semoga dimanapun kalian berada, Allah tetap menjaga kalian, memberikan semangat pada kalian untuk meniti jalan dakwah ini, yg menghendaki banyak pengorbanan. Tetap rendah hati atas apa yg dimiliki, tetap santun dalam setiap langkah, tetap tegar dalam setiap badai, tetap Istiqomah. Sementara Mbak Anissa tetaplah sama, tetap menjadi Guru "Alif... Baa... Tha... Tsa-nya kalian disini, di ruang yg terbatasi oleh sekat dan waktu". (Mengenang kembali lingkaran kecil kita yg dulu).

Ada haru, dan air mata yg menetes saat membaca satu persatu kalimat padu yg tlah dikirimkan Mbak Anissa kepada anak-anak binaannya. Kami selalu Rindu dengan kehadirannya, dan nasihat-nasihatnya. Mungkin Allah lebih tahu, kami waktu yg tepat untuk bertemu. 

***
Seperti Perairan tidaklah berpihak, hanya dulang yg menampung segala harapan yg disandarkan kepada-Nya, tudung yg menjadi segala pengabdian, dan Rumah keselamatanlah persinggahannya. 

Kembali hidup adalah kembali diuji. Karena hidup memang tentang ujian. Semua adalah ujian, anak dan istri ataupun suami, mertua, serta orangtua sendiri pun ujian. Tiada hasil dari ujian melainkan membawa kita naik kelas sebagai standar kenaikan Derajat keimanan dihadapan-Nya sebagai seorang Hamba Allah. 

"Dik Aslam, Kangen sama Ammah Biru"
"Karena ketika pulang, selalu sebentar ketemu. Padahal ada banyak cerita yg ingin Mbak Anissa sampaikan, siapa tahu bisa sedikit mengobati kerinduan yg lama terpendam, lantara nda pernah ketemu. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik?"

"Semoga Ammah Biru dalam keadaan yg baik-baik saja. Doakan Dik Aslam kembali pulang ke daerah sedulang setudung. Bukan betah tinggal di daerah sebiduk sehaluan. Hanya saja, ada tanggung jawab yg mau tidak mau harus diselesaikan terlebih dahulu. InshaAllah segera pulang kampung. Tanah air kampung halaman adalah tempat yg selalu di rindui dan temu adalah harapan yg selalu di langitkan kepada-Nya untuk bisa kembali kesana secepatnya. Do'akan ya Ammah." Ujar Mbak Anissa, umminya Dik Aslam. 

***

Mbak Anissa dulunya sama seperti kalian. Ketika kita ikut sebuah seminar, Ketika kita ikut sebuah kajian. Ada ilmu baru, dan kita begitu terpukau dengan materi yg ada. Kita ingat, terpatri di hati sebagai sesuatu yg menginspirasi. Tetapi seiring dengan berjalan waktu. Cerita hidup Mbak Anissa yg pada akhirnya harus mengalami sesuatu yg tidak pernah diduga sebelumnya. Sesuatu yg pahit, penuh luka, kesedihan yg mendalam. Sehingga psikologi ini begitu terganggu dalam kurun waktu yg tidak sebentar. 

Biru cukup tahukan seperti apa trauma masa lalu itu?? Rasanya untuk berjalan di altar rumah sendiripun takut, sekaligus malu. Hanya bisa menyekah air mata dari bilik jendela kamar. Sesekali hanya membukanya di pagi hari, membiarkan sinar matahari itu menyinari wajah sendu ini. Namun, Mbak rasa sinar itu penuh dengan kehangatan saat masuk ke dalam kamarnya. Seakan-akan pertanda, bahwa Mbak Anissa harus bisa berdamai dengan kejadian buruk yg menimpa hidupnya 5 tahun yg lalu. 

Sesekali Mbak Anissa berdiri di balik jendela kamarnya, menatap dunia luar. Hanya untuk meredam pengap, ruang paling sempit didalam hatinya. Tetapi, ia juga meyadari bahwa dunia hari itu sebenernya indah, sebelum semuanya berakhir, dan Mbak Anissa masih bisa menikmati hidup dengan membuka lembaran serta harapan baru. 

Seminggu ia berusaha bersikap baik-baik saja, sebelum perpisahan itu benar-benar kandas di persimpangan jalan. Entah! Harus menyalahkan siapa?? Apakah prosesnya salah?? atau orang-orang yg memfasilitasinya yg salah? atau komunitas yg membantu jalannya prosesi itu yg salah?? Mereka tidak akan tahu, bagaimana sulitnya Mbak Anissa menanggung luka itu. 

5 tahun lalu, Mbak Anissa pernah merasakan manisnya pernikahan, meski hanya dalam hitungan hari. Saat ini Mbak Anissa benar-benar sudah berubah, Bir. Bahkan Adik perempuan, sahabat, dan keluarga terdekat bertanya, kenapa Mbak Anissa sekarang seperti ini?? 

Mbak Anissa menjelaskan. Bir, kadang memang dalam hidup ini ada saja hal keras yg Allah berikan untuk kita. Bukan karena Allah nggak sayang, nggak adil, jahat sama kita. Tapi karena Allah sangat sayang sama kita. Allah mendidik pribadi kita dengan ujian hidup yg keras. Jika tidak begitu, mungkin kita tidak akan pernah berubah. Satu-satunya untuk melawan trauma sekaligus luka di hati ini. Yaitu dengan cara berubah, lalu mengiikhlaskannya. Luka karena sayatan mungkin akan pulih. Tapi jika psikologi kita yg terluka. 

Tidak banyak orang beruntung yg bisa melaluinya, dan berjuang untuk pulih. Berubah dalam banyak hal. Baik itu dengan semangat baru ataupun pola pikir yg baru. Ia berusaha memperbaiki keyakinannya dengan baik meskipun harus membasuh perih itu sendiri. 

Sekarang Psikologi Mbak Anissa membaik. 1 tahun masa-masa sulitnya sudah dilalui. Alhamdulillah, Sekarang Mbak Anissa sudah memiliki keluarga baru, dan seorang buah hati. "Aslam". 

***

Aku mau bilang RINDU. Rindu banget sama suasana lingkaran yg dulu. Halaqah/Liqoan yg biasa kusebut dengan nama "Getar di Atmosfer Cinta". Aku Rindu sama anggotanya dan ukhuwahnya. Meskipun 3 orang udah pada sold out. Aku RINDU saat mereka masih bisa stand by untuk saling mendengarkan satu sama lain walaupun cuman ketemu sepekan sekali. Sebulan 4 kali pertemuan. RINDU waktu disuruh laporan Mutaba'ah, terus kita saling berbalas obrolan santuy. Entah itu bahas problem di lingkungan pekerjaan/rmh/shbt, atau laporan target harian. RINDU sama sosok Mbak yg sampai detik ini belum bisa tergantikan posisinya di hati kita oleh siapapun. RINDU nasehatnya, pemahamannya, pola pikirnya, pembahasan materinya yg ringan tapi bikin hati nyaman, dan RINDU sama senyuman serta tawanya. Tulusnya beliau itu bisa dirasain. Tanpa beliau harus bilang panjang lebar, dan rasa itu nggak pernah bohong.

"Andai bisa ku pinta pada-Nya dengan apa yg ku inginkan, saat Aku sudah tak lagi berada di dalam barisan yg dulunya kusebut sebagai GETAR DI ATMOSFER CINTA itu, Maka Aku ingin membawa kalian ke barisan yg sama denganku saat ini. HIJAU ROYO-ROYO. Tapi betapa egoisnya Aku, sedang Aku hanyalah seorang Hamba Allah yg tak punya kuasa, untuk memegang kendali atas apa yg kalian pilih dalam hidup ini.

Sebab, Aku tak bisa mengambil sesuatu yg bukan milikku seutuhnya. Maka, Aku hanya bisa menitipkan doa terbaik untuk anak-anakku. Tanpa harapan balas jasa, dan tanpa tuntutan yg panjang. Ada atau tiadanya diriku. Ku harap kalian tetap istiqomah berada di jalan dakwah ini. Jalan yg mengkehendaki banyak pengorbanan dan air mata. Katanya???

Tetaplah istiqomah, seperti  keistiqomahan seorang Mus'ab bin Umair saat di tinggal hijrahnya guru terbaiknya, Baginda Nabi Besar Muhammad Saw ke Madinah. Mus'ab bin Umair tetap istiqomah. Mereka mengalami keterpisahan yg cukup lama.

Seperti inilah kondisi kita nantinya. 
"Dian, tidak selamanya kita akan bersama. Mbak suatu saat nanti mungkin akan pergi jauh dari kalian. Jadi, coba renungkan! Untuk apa Dian disini (Lingkaran yg penuh dengan getar atmosfer cinta)? Karena siapa Dian disini? Jika itu hanya karena Mbak. Maka, luruskanlah niat itu sekarang.

Tanamkan dalam hati, Semua yg Dian lakukan harus karena Allah. Bukan karena adanya Mbak disini. Jika itu karena Mbak. Maka Dian tidak akan mendapatkan apa-apa. Dian akan kecewa. Bahkan, Dian akan jauh dari semua ini. Jadi, hadapilah perpisahan itu dengan ikhlas, dan kerjakanlah segala sesuatu aktivitas dengan Lillah. Mbak hanya mengkehendaki kalian semua untuk ikhlas dan mengikhlaskan kepergian Saya di bumi sedulang setudung ini, lalu menetap di bumi sebiduk sehaluan.

Bagaimana bisa Aku lupa dengan kisahnya? Luka di 5 Tahun yang Lalu?? Aku ingat betul bagaimana perempuan itu jatuh lalu bangkit kembali dari keterpurukannya??? RINDU, Aslamku. 


Comments

Popular Posts