KAMUT DALAM BUKU TUHAN MAHA ROMANTIS KARYA AZHAR NURUN ALA

Baca, Like, Comen, dan Share!

TUHAN MAHA ROMANTIS
Azhar Nurun Ala
2014|215hlm

Sebab apa-apa yang baik menurut kita, 
Tak selalu baik menurut Tuhan,
Begitu sebaliknya,
Ia yang Maha Tahu, 
Dan kita bodoh,
Jadi tersenyumlah...
Resapi segala keromantisan-Nya,
Dan menjelmalah Kita,
Menjadi apa yang disebut Muhammad Iqbal "Tuhan Kecil"
Agar ketika Ia mengambil keputusan,
Ia akan 'mendiskusikannya' terlebih dahulu dengan kita,

RENJANA
Depok, 1 Maret 2014
Belum ada kata 'apa kabar' atau sekedar 'hai' yg terucap dari kamu maupun aku, yg menandakan bahwa percakapan kita harus segera dimulai. Seolah ada Kekuatan lain yg hadir, memaksa kita untuk bungkam. 

Harapan, yang akan membikin kita punya kemauan untuk terus bergerak. Kadang, hidup masalahnya bukan di 'mampu atau tidak mampu', tapi 'mau atau tidak mau'. Semampu apa pun seseorang, kalau dia enggak punya kemauan, ya enggak akan bisa."

Aku selalu berpikir. Apa yg dipikirkan Tuhan ketika menciptakan senja. Ia hadir sejenak membawa keindahan, untuk kemudian pergi menyisakan ketiadaan. 

Apakah senja ada, untuk sekedar menjadi metafora---bahwa di muka bumi ini segala bentuk keindahan yg kita kagumi selalu fana? Bahwa dalam setiap kata 'jumpa' selalu terkandung janin perpisahan yg bisa lahir kapan saja tanpa pernah kita tahu Persia waktunya?

Adakah yang tahu apa yg dimaksudkan Tuhan ketika menciptakan senja?

Kita menantinya, menikmati pesonanya, tetapi pada akhirnya kita selalu terperangkap oleh gelap yg mengikutinya.

Aku tak pernah tahu pasti apa yg dipikirkan Tuhan ketika menciptakan senja. 

Satu hal yg aku tahu, darinya aku belajar bahwa perpisahan---sedramatis apa pun ia berlangsung---tak selamanya getir. Kadang ia berjalan begitu manis. Tapi perpisahan, semanis apa pun ia berlangsung selapang apa pun hati kita menerimanya, tetap saja menyisakan kehampaan.

Sebab itu barangkali Jalaludin Rumi menghibur mereka yg mengalami tragedi perpisahan lewat potongan sajaknya. 

'Keterpisahan ini', kata Rumi, 'hanyalah tipu daya waktu'. 

Waktu memang begitu cepat bagi mereka yg takut, begitu lama bagi mereka yg menunggu.
Dalam Buku "Tuhan Maha Romantis" Karya Azhar Nurul Ala. 

Adalah 

Ketika Kita bertemu diantara waktu yg singkat tanpa saling mengenal, 
Hanya bisa merekam, memotret keindahan pertemuan singkat itu diantara kenangan yg berlalu melintasi garis waktu. Sampai bertemu di perjalanan berikutnya. @dianazzahrast

Konsekuensi dari kesemuanya adalah kini kita hidup berkawan rindu, bersama waktu, dalam penantian yg lugu. "Tuhan Maha Romantis" karya Azhar Nurul Ala


Comments

Popular Posts