Ruang Tunggu, Umar
Baca, Like, Comen, dan Share!
Menelusuri satu persatu memori lama yg mengantarkanku pada seseorang yg sebelumnya pernah ku kenal, tapi hanya sebatas tahu saja dan nggak begitu deket, hanya pernah bertemu di 1 organisasi yg sama sewaktu kuliah.
Semalam, Qadarullah atas dasar apa tetiba Aku buka Akun Facebook. Lalu muncullah di berandaku Akun Facebook Si MBAK. Ngerasa ada peluang buat cek postingan Si MBAK karena tertarik sama tulisan-tulisannya, jadi kepolah?
Aku melihat hampir seluruh video Si MBAK yg sedang beraktivitas bersama Sang Buah Hati. Entah itu untuk belajar Alif... Baa... Tha, atau belajar bahasa Inggris untuk anak-anak kecil seusia 4-5thn. Dari nama-nama hewan, dan buah-buahan. Perempuan itu begitu menikmati canda tawa dan obrolan ringannya bersama Sang Buah Hati.
"Umar, lagi baca apa Nak??? Dengan sabarnya ia memberikan pelajaran yg ringan untuk Si Buah Hati."
"Umar sekarang lagi ngapain Nak? Umarnya Ibu lagi makan ya sayang."
"Umar sayang, pegang sendoknya nda gitu Nak, coba gimana cara pegang sendoknya yg bener. Perempuan itu memberikan instruksi dan memperbaiki cara memegang sendok kepada Buah Hatinya dengan sabar.
"Umar, nama Abi siapa?? Nama Ibunya Umar siapa?" Lalu Sang Anak menjawabnya dengan tawa riang.
Sejujurnya, kok Aku jadi baper ya sama postingan Si Mbak. Sampai mikir gini. Harusnya di usiaku yg segini, Aku udah di fase yg sama kayak Si Mbak. Tapi nyatanya enggak. Udahlah, Mungkin Aku terlalu insecure. Kan nggak semua proses yg dijalanin orang itu sama.
Point penting buat diriku sendiri sebagai catatan pengingat ya: "Lihatlah proses menyenangkan orang lain sebagai muhasabah diri. Karena kamu nggak pernah tahu gimana jatuh-bangunnya dia seketika mau menuju, lalu melalui, dan sampai di satu titik yg sekarang, dengan proses yg mungkin orang lain belum tentu bisa melaluinya. Tapi dia bisa. Kamu nggak harus bandingkan hidupmu sama hidup orang lain. Begitu juga mereka, nggak harus kekeh ngejudge prosesmu yg sekarang. Seolah-olah kamu nggak berusaha bangettttt. Nggak ada ikhtiarnya. Nggak berjuang dengan sungguh-sungguh. Karena setiap orang itu memiliki proses masing-masing, dan prosesmu tidaklah sama dengan mereka. Sabar, Nanti, Tunggu Dulu, Jangan dulu patah. Biarkan mereka melalui dan menemukan jalannya masing-masing. Allah pasti memberikan yg terbaik, sekiranya kalian menginginkan yg terbaik untuknya. Maka cukup doakan saja yg terbaik."
Palembang, 22 Januari 2021
@dianazzahrast
Comments