BAGIAN KEDUA: PROSES SETELAH MENGENAP, YUNNA

Baca, Like, Comen, dan Share!



Kembali ke wacana Aku dan Yunna pada malam itu,

Cinta itu bisa ditumbuhkan setelah menikah. Yunna percaya, sekeras apapun batu jika ditetesi air setiap hari pasti terkikis juga, lama-lama pecah juga. Yunna pikir, dialah batu itu, dan Lelaki itu adalah air yang sabar, yang setiap harinya mau menetesi batu itu. Perjuangan Lelaki itu buat Yunna luluh.

Yunna ingat betul, seperti apa isi dalam doanya saat itu. "BAIKLAH AKU jika dia LEBIH BAIK dariku, dan BAIKANLAH DIA jika Aku yg lebih BAIK darinya."

***
Menunggu waktu luangnya. Karena Aku tahu Yunna adalah seorang perempuan yg super sibuk. Hampir semua jam terbangnya digunakan untuk aktivitas membina (belajar-mengajar). Qadarullah, malam itu dia free. Mendadak Aku bertanya padanya? Pertanyaan yg nggak pernah Aku tanyakan sebelumnya sama siapapun? 

"Yunna, gimana sih rasanya dilamar? Terus Prolognya itu Lho apa?"

Yunna bilang rasanya nano-nano. Dia yg belum kenal betul sama Si Calon. Belum kenal sama keluarganya. Karena dia merasa sudah siap untuk menikah, dia berbicara kepada kakak satu-satunya yg lebih berpengalaman. Berbagai keresahan tumpah ruah. Kakaknya menitipkan sebuah pesan padanya untuk mendekati orgtua, lalu menceritakan kepada kedua orgtua bahwa sudah ada laki-laki yg akan serius untuk melamarnya. Alhamdulillah orangtua ridho. Lalu, orangtua meminta agar Si Calon ke rumah. Kakak kandungnya menjadi pelantara mereka. Kemudian Si kakak menyampaikan pesan tersebut kepada Si Calon. Lelaki itu pun menyanggupinya. 

Ketika itu gundah membuncah. Yunna heran, kenapa seberani itu? 

Hari pertama ke rumah, Si Calon belum ada perbincangan yang menjurus ke sana. Masih tahap perkenalan. Lalu hari berikutnya kembali ke rumah. Baru Fase akrab sama keluarga. Sepulang Lelaki itu dari rumah Yunna. Yunna kritis. Kenapa nggak jadi berbicara yg serius sama orgtuanya. Lelaki itu merespon dengan kata "Takut". Yunna pun memaklumi hal itu. Well, hari berganti hingga hampir 2 minggu berlalu.

Kemunculan orang-orang dimasa lalu menawarkan sebuah kepastian. Yunna menitipkan pesan kepada lelaki itu. "Ketahuilah, orang-orang dimasa lalu muncul kembali dan menawarkan hal yg pasti. Jadi nggak salahkan jika dia nantinya menjatuhkan pilihan kepada orang lain."

Kau Tahu Bir, setelah itu kebinsalan menghantuinya. Lalu untuk ketiga kalinya, lelaki itu menemui kedua orangtua bersama orangtuanya. Pada malam itu haru, proses lamaran pun berlangsung. Qadarullah, Orangtuaku Ridho. Sudah bisa dilihat, Allah pun Ridho. Ridhollahi wa Ridhowalidain. Ketika orangtua ridho, jalan dimudahkan, dan 1 lagi. Allah itu sesuai prasangka hambanya. Jadi ketika sugesti dalam diri kita berkata bahwa dia sudah siap, dan mantap. Maka Allah datangkan Lelaki itu. Allah kan Maha Mendengar, dan Maha Melihat. Jika kita minta pasti di dengar song! Sebaliknya, jika kita belum siap terus mau minta juga Ya Allah mau ngasihnya gimana??

Kemudian Yunna kembali melemparkan sebuah pertanyaan padaku, Sudah ada yg melamar belum Bir?

Sejujurnya, belum. Makanya Aku nanya sama kamu Yun. Lalu, Yunna mendoakan. "Semoga sesegera mungkin Allah mudahkan jalannya. Yang pasti luruskan niat, mantapkan hati, dan siapkan mental. Aku meresponnya dengan meng-aamiinkan doanya. Sembari menjawab. "Semoga aja beneran dipermudah." Lagi-lagi mendengar apa yg kusampaikan, Yunna protes. "Kalimat yg seperti ini bukan ciri orang Optimis. Kalimatnya salah, "Semoga segera dimudahkan" nggak pake "aja", kalau "Oke aja" kesannya seperti nggak niat. Masya Allah, Yunna. Hhe jadi perlu banyak belajar dari bukumu ini. 

***

Pada masanya, Aku pernah membaca dan menulis isi buku milik orang lain. Kisah Yunna masih menjadi bagian paling mendebarkan. Belum usai disana! Nostalgia kita. Dimulai dari tahun 2017-2021?? Entahlah. Sejak saat itu, Aku berpikir bahwa semua cerita tentangmu akan baik-baik saja. 

Bagian Pertama setelah Proses Mengenapmu, Yunna. 

Kau tahu Biru, bagian tersulit adalah menyelesaikannya. Bahkan sulit diceritakan bagaimana bertahan ditengah pusaran badai. 

Aku tak bisa membayangkan bagaimana kesulitanmu, dan ada di posisi yg sama denganmu malam itu. Tapi bagiku, bagian terhebat darimu adalah ketika kau tahu bagaimana caranya bertahan ditengah pusaran badai itu disana, meskipun harus dengan penuh titian air mata? 

Benar Yunna, akan sulit menyelesaikannya. Tapi Tuhan Memampukanmu sampai detik ini. Kamu hebat. Karena itu, Dia tak ingin dirimu cepat-cepat menyelesaikannya. Seperti katamu dulu, Dia ingin menempahmu menjadi pribadi yg lebih kuat lagi. Kelak saat kita dihadapkan dengan pilihan yg cukup riskan dalam hidup. Kita sudah tahu, cara apa yg harus kita lakukan. πŸ₯Ί

"Aku sudah tidak ingat kata dan petuah apa yg pernah kusampaikan dulu padamu, Bir. Kamu terlalu hebat dalam hal mengingat. Sementara Aku terlalu mudah mengatakannya, lalu habis itu menguap, mengudara, bahkan bisa hilang begitu saja." Yunna membalas pesanku malam itu dengan percakapan yg runtun. Dari hati ke hati. 

Teruntuk Yunna, 
Untuk hal ini!
Aku adalah pengingat yg baik. Aku suka memotret, merekam setiap histori yg terlewat. Entah ini baik, atau tak baik bagiku nantinya. Termasuk hal-hal menyedihkan, mengecewakan, luka, atau kebahagiaan yg hanya sekali lewat. Aku suka mengingatkanya, dan menuliskannya. 

Semoga kata-kata itu tak habis menguap, mengudara, dan hilang begitu saja Ya Yunnaku. Jika boleh, dan kamu perkenankan. Ijinkan Aku mengabadikannya? Katakan saja apa yg ingin kamu katakan, Aku siap menuliskannya." πŸ₯ΊπŸ₯°

Bagian Kedua setelah proses Mengenapmu,

Setahun, kita disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Tak ada pertemuan yg sengaja dijadwalkan hanya untuk sekedar tukar pikiran, dan bertanya kabar. Kita benar-benar sibuk mengatur jarak masing-masing. 

Berbeda sekali, saat dulu masih sendiri. Kadang kita sengaja menjadwalkan sebuah pertemuan. Duduk di salah satu Kedai kopi di daerah sekitar rumah kita, lalu memilih menu favorit masing-masing, berbagi cerita suka-duka, dan hal menyenangkan lainnya atau sebuah cerita tentang perjuangan dan pengorbanan, atau serpihan hati yang patah. Kita penikmat kopi kan?? Itu hanya asumsi muka umum saja. Begitulah, pertemuan diantara kita. 

***

"Pernah menolak takdir, marah, kecewa dan bahkan berkali-kali deraian air mata ini luruh dipipi. Yunna pikir setelah proses mengenap itu, hidupnya akan normal seperti manusia lainnya. Melewati hari-hari bahagia mulus tanpa tersandung sedikit saja. Nyatanya, Itu hanya dongeng belaka. Garisan Tuhan berbeda. Bahkan untuk mendapatkan hal yang luar biasa,
Tuhan pun mau usaha yg tidak biasa. Rasanya Melelahkan, Bir. Kadang ada rasa ingin menyerah. Namun kembali lagi. Allah-lah yg menggenggam hati ini.
yg membolak-balikkan hati ini. Mengingat akan besarnya harapan dan mmpi yg ingin digapai. Bukan ingin menyerah seutuhnya, hanya saja berjeda. Menyandarkan sedikit lelah itu untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. 

Dulu setelah Aku mengetahui bukumu segera terbit, Aku bahagia. Karena setelah hidup mengenap dalam asumsiku hanyalah kisah-kisah indah. Takkan ada patahan hati yg pernah kau alami sebelumnya saat masih sendiri, Karena sudah ada yg memilih untuk memelukmu, menjadi sandaran ternyamanmu, tempatmu berbagi suka-duka, ahhh... Aku pikir semua akan mulus-mulus saja. Entah fantasi Apa yg ada dalam imajinasiku.

Aku tak tahu, bahwa kali ini hatimu akan patah kembali Yunna. Bukan karenanya. Ku rasa laki-laki itu pun sudah berjuang keras untuk membalut lukamu saat kata-kata yg lainnya melukai hatimu, berjuang keras menghapus air matamu dari ujian dunia. Seperti katamu, Cinta dari Lelaki Biasa'. Namun, Luar Biasa dalam pandanganmu. 

Ini bukan dongeng. 
Ini adalah kisahmu. 
Kamu tokoh utamanya, Yunna. 
Seperti yg kamu katakan "Cuman Kamu Yang Mampu" orang lain enggak!

Tangisanmu, keterpurukanmu, kekecewaanmu, kesabaranmu, ikhtiar dan ketawakalanmu tak ada yg sia-sia. Bukankah itu adalah tabungan sekaligus lahan pahala bagimu. Kamu petaninya, kamu yg harus merawat semua kemungkinan yg terjadi dalam hidupmu dengan caramu sendiri. Kamu kuat kok. Pasti kuat.

Jika lelah, maka jangan terlalu terlena dalam kesedihan kita. Aku tak ingin membayangkan. Bagaimana capeknya jadi tokoh utama dalam kisahmu?
Bagaimana sakitnya terjatuh dalam kejamnya dunia?
Bagaimana takutnya dirimu menghadapi kata-kata yg tak menyenangkan di luar sana tentang prosesmu?

Aku Yakin..kelak kamu akan menemukan bahagiamu kembali di bagian selanjutnya. Mengingat akan besarnya harapan dan mimpi yg ingin kau gapai itu, Maka berikhtiarlah sekuat hati, dengan keimanan yg baik, kesabaran yg luas. Bukankah seperti apa katamu?
"Allah Yang Maha Membolak-balikkan Hati. Hati-hati kita berada dalam genggaman-Nya. Jika Dia ingin. Sekejap saja bisa Dia kabulkan apa yg menjadi harapan dan mimpi-mimpi indah kita. Tapi Tuhan ingin kita berjuang dalam meraihnya, Tuhan ingin menilai proses kita dalam menjemput amanah itu, mengembannya. Semangat.

Cinta Lelaki Biasa. 

Iya dia laki-laki sederhana, biasa saja. Namun memiliki kesabaran yg luar biasa untuk menghadapi Aku yang masih kekanak-kanakan ini, yg masih suka nangis-nangis sendiri, bahkan terkadang masih suka nggak paham sama diriku sendiri, yg moodnya suka berubah. Ngambekkan, jutek, pengen marah tapi nggak tahu mau marah kesiapa? Berkali-kali Aku menguatkan hati lewat kata, Why Me Allah? Karena Allah tahu Aku mampukan Bir? Tapi berkali-kali juga patah hati ini sering menghampiri. 

Kau tahu Bir, ada banyak hal yg membuat hatiku patah. Entah ini menyangkut orangtua, atau sodoran pertanyaan tentang kedatangan yg sering disodorkan bagi mereka yg sudah menikah? Mungkin kamu sudah cukup paham dengan pertanyaan itu? Beberapa orang disekitarku membandingkan durasi kehadirannya diantara usia pernikahanku? Tepat 1-2 tahun ini. Pertanyaan itu seperti menusuk di hatiku. Mungkinkah Aku bisa bersikap baik-baik saja sedangkan mereka membuat moodku menjadi tak baik?? 

Setiap pertemuan kudapati pertanyaan itu.

"Kapan nih, punya momongan? Jangan ditunda-tunda lah?" 

"Doakan saja yg terbaik." Kadang suka mau jawab lebih. Meledak-ledak seketika, saat mereka berasumsi kami menunda niat untuk mendapatkan momongan. Ahhh sudahlah! Aku capek. 

Bir, Aku sudah berusaha untuk bersikap bodo amat dengan orang-orang disekitarku. Tapi Aku juga nggak bisa bohong. Kalau perkataan mereka lebih dominan dari apapun. Usaha untuk pura-pura nggak tahu, melengos kalau ketemu kan nggak etis, atau berusaha bersikap seolah-olah nggak denger, ternyata nggak ngefek. 

Kau tahu Bir, dibalik topeng ini. setangguh-tangguhnya Aku. Mendadak jadi sosok rapuh yg menjelma diri. Aku udah berusaha kuat. Kadang, bukan diri sendiri yang menjadikan hati rapuh. Tapi lontaran kalimat dari orang-orang disekitarlah yg membuatku jadi rapuh. Iya? Mereka yg bicara tanpa memikirkan perasaan orang lain. Lebih tepatnya sibuk memprotes proses orang lain. Aku nggak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yg tertuju padaku itu? Aku Nggak ngerti mereka sebenarnya care atau cuman pura-pura kepo aja. 

Jika boleh ku sibak sedikit saja rahasia yg Allah sedang renda untuk hidupku. Mungkin Aku akan sedikit tenang Bir. Karena mengetahui apa yg tengah tersimpan di depan sana? Namun jika begitu, Aku tidak akan mengerti tentang makna sebuah kejutan. 

Beruntungnya dirimu Yunna. Ketika berada dalam kerapuhan, tetap menggenggam iman dalam-dalam. Bahwa semua adalah untuk yg terbaik.
Aku yakin kamu kuat. Hanya saja, kamu butuh jedah sesaat untuk meredahkan emosionalmu, keegoisanmu, melemahkan asumsimu pdiantara asumsi-asumsi mereka yg sinis.

Pesan dari Itachi.
"Kadang mereka tidak akan benar-benar bisa memahami kita, sebelum mereka merasakan hal yg sama."

Bukan berarti berharap mereka merasakan hal yg sama seperti yg dirasakan oleh hati kita. Aku rasa terlalu jahat. Tapi kita sama-sama tahu, bahwa mereka penuh dengan keterbatasan. Termasuk kita. Jadi kuatkan kesabaranmu ya! Aku tahu, Allah melapangkan hatimu untuk perkara yg demikian ini dengan kesabaran yg tanpa batas 

Bukan kejutan lagi, kalau kita bisa menilik hal indah dan menyedihkan apa saja di ada di depan sana, lebih tepatnya pada kejadian yg akan terjadi nantinya? Hidangan dari langit itu enak kok. Aku nggak maksa kamu buat menerima apa-apa yg Aku sampaikan. Karena jika dihadapakan dengan situasi yg seperti ini. Aku nggak tahu, kadar kesabaranku bisa sesabar dirimu atau tidak? Bisa sekuat hatimu atau tidak? Perihal hidangan dari langit itu, Kalau bukan dari rasanya, maka nikmatnya kan? Tetep berproses ya Yunnaku! Kau masih sama. Masih jadi Yunnaku yg Kuatkan?? Hay! Beranjaklah, pelan-pelan bangkit, cari jalan-Nya, terus, dan lagi, kejar impianmu, temukan cinta-Nya, Maka kau akan sampai di tunjuanmu. πŸ’žπŸ’Œ




Bersambung...


Bersambung...



Comments

Popular Posts