Rentan waktu, Arumi

Baca, Like, Comen, dan Share!


Seketika ada haru yg dirasa dalam dua hari terakhir ini. Perjalanan masih panjang Arumi? Sebuah tanya yg saat ini belum menemukan sebuah jawaban. Tidak tahu dengan durasinya, entah sampai kapan? Berjuang dulu dengan maksimal! Kata-kata itu seperti kalimat penghibur belaka. 

Arumi menyadari, bukankah kita sudah terlalu sering berjuang? Konsekuensi dari hasil akhirnya bagaimana? Entah itu statement dengan kalimat penerimaan ataupun penolakan, tetap saja mau tak mau harus diutarakannya? Cepat ataupun lambat. Memang butuh waktu, sembari mengambil jedah diantara jarak yg membentang. Cukup. Hanya Arumi yg tahu seperti apa kondisi hatinya saat ini. 

"Bagaimana menurutmu, jika suatu saat nanti jodohku bukanlah seorang aktivis Vidhia? Bagaimana jika dia begini dan begini? Apakah memang dia orangnya? Apakah seperti itu pasangan hidup yg kelak akan mengenapiku? Jika saat ini dia mau berjuang, apakah hanya sebatas disitu ia menetap? Apakah dia mampu bertanggung jawab atas hidupku sesampai tua? Apakah dia benar-benar lelaki yg baik dan terbaik dalam pandangan-Nya? Aku takut mengambil keputusan terbesar saat ini dengan pertimbangan yg tak terlalu matang. Aku takut ini hanya egoku saja. Aku takut melukainya. Aku takut jika menerimanya, dimasa depan Aku akan kecewa. Ah sudahlah! Tuhan tahu, Aku belum cukup siap dan mampu untuk mengambil sepaket tindakan dengan konsekuensinya."

"Arumi, Ikhtiarkan saja dulu dengan cara dan jalan yg baik! Ikhtiarkan, apa-apa yg seharusnya bisa diikhtarkan! Berdoa saja dulu sekuat hati, bukankah Tuhan tak pernah salah dalam menautkan hati hamba-hamba-Nya, tak pernah salah dalam menunjukkan jalan terbaik-Nya. Pasrahkan saja dulu pada satu katamu kemarin dalam ikhlas. Seikhlas mungkin. Jangan takut! Setiap bentuk statement yg dinyatakan. Entah itu sebuah statement kalimat penerimaan ataupun penolakan. Bukakankah sudah diyakini bahwa itu adalah bentuk Kebaikan untukmu dan untuknya nanti? Kau tak perlu khawatir dan merasa bersalah karena takut melukai. Jika suatu saat nanti dia terluka, marah, kecewa, sedih. Wajar. Tapi jika dia begitu larut dalam kesedihannya, lantas membencimu. Berarti dia tidak percaya dengan Takdir Allah. Cukup lepaskan."

"Semoga Semesta bermurah hati memilihkan pasangan yg terbaik untukmu. Aku sebagai temanmu hanya bisa mendoakan yg terbaik. Bukankah kau sendiri yg akan menjalaninya nanti? Kau yg tahu seperti apa dirimu, Arumi. Jika kau adalah tipe perempuan pejuang. Maka, serumit apapun nanti pelikmu di masa depan. Kau pasti bisa melaluinya. Meskipun expektasi indahmu saat ini berbalik, justru membuatmu merasa tidak nyaman dan lebih dominan tak mengenakan hatimu di masa depan."

"Aku yakin, kau tetap bisa melanjutkan hidupmu dengan sebaik mungkin! Ya, tanpa ada embel-embel penyesalan di usia pernikahanmu yg masih terbilang baru. Kau sudah memilihnya kan? Maka, kau pun sudah tahu konsekuensi apa yg akan kau hadapi nantinya? Tidak perlu menyesal segusar itu, sehingga membuat hari-hari dan waktumu terkuras habis dengan penyesalan, kesedihan, dan luka. Hal yg bisa dilakukan adalah menata kembali kepingan hati yg hancur dengan sabar dan ikhlas."

"Ingat Arumi, Perbaiki apa yg bisa diperbaiki, jangan menuntut. Hidupkan Keluarga yg islami. Meskipun realitasnya tak memungkinkan. Berproses, pelan. Aku tahu, tak selalu mudah. Sudah ku katakan sebelumnya, jangan meletakkan hatimu kepada seseorang sebelum Akad terucap. Jangan mencoba untuk membuka perasaanmu jika belum waktunya. Kau akan terluka Arumi. Karena cinta cenderung lebih emosional. Saat kau sudah terlanjur cinta, Pertimbangan dalam mengambil keputusan sudah tidak netral lagi. Kau akan sulit memilah-milah mana yg terbaik untukmu, disaat Tuhan hendak memberikan pilihan yg terbaik untukmu. Kau harus paham, bahwa membangun cinta itu lebih indah dibandingkan jatuh cinta."

Vidhia, mengingatkanku kembali sebelum proses Khitbah itu terjadi. Jangan takut, Arumi. Only! Disaat jalan bumi terlihat sulit. Maka ketuk pintu Langit. Gedor jika perlu. Sudah saatnya Kau bermunajat kepada-Nya. Sudah saatnya kau berkeluh dengan seintim mungkin pada-Nya. Kau bebas merengek, kau bebas meluapkan segala isi hatimu. Sudah saatnya kau berserah diri dengan berpasrah pada-Nya setelah apa yg diikhtarkan terlewati. Lakukan saja, sebelum terlambat.

Hati Arumi, semakin berkecamuk. Arumi tidak tahu, keputusan apa yg akan diambilnya kelak? Lagi-lagi Arumi merasa bersalah, sudah kukatakan berkali-kali padamu Fajar. Aku tak ingin menjadi bebanmu. Silakan pilih jalan mana saja yg kau suka. Ketuk pintu mana saja yg ingin kau singgahi. Aku tak ingin mengikatmu dalam ikatan apapun. Aku membebaskan langkahmu untuk melangkah, agar kelak kau tak menyalahkan sepenuhnya padaku tentang prosesmu. Agar kau tak menyesal dengan keputusanmu. 

Arumi, bagaimana perasaanmu setelah melalui bagian demi bagian narasi ini? Masih ingin berjuang, atau mundur teratur? Setiap mengenang deraian air mata dengan perasaan nano-nano. Sudah, mengalir saja seperti air. Apa yg membuatmu begitu lirih? Kau tidak bersalah. Allah Yang Maha Membolak-balikkan hatimu. 

Comments

Popular Posts