Bagian Ketiga, Hanin

Baca, Like, Comen, dan Share!

Bagian Ketiga, Hanin

Tanya allah,tanya hati tanya diri???

Jika ada yang kau pilih atau memilihmu,
mantapkan pilihanmu, dan jangan biarkan berlalu!
ketika kau mulai ragu dari bagianmu, sebenarnya keraguanmu itu bukan dari dirimu, tapi dari orang itu yang belum bisa menyakinkanmu. Aku sudah berjuang untuk meyakinkanmu. Aku sudah turut andil dengan apa yg menjadi bagianku. Namun, Aku tak bisa mengalahkan apa yg menjadi bagian-Nya. Semua di luar dari Kuasaku. 

Jangan binggung!
Aku tak ingin menahanmu lebih lama, Sesungguhkan suatu keraguan itu berasal dari syaiton. Sedangkan keyakinan itu harus diniatkan karena Allah. Tidak mudah! Pasti akan ada cobaan/ujian, kesabaran yg Luas, dan itu tanda-tanda dari -NYA. Jika kamu mulai risau, mulai bimbang, bahkan meragu, Coba Angkat kedua tanganmu, lalu minta petunjuk dari-Nya. Karena Dia tak pernah salah dalam mengarahkan hati Hamba-Hamba-Nya. Jangan lelah berdo'a, dan yang terbaik pasti akan di berikan-NYA.

Dewasakan dirimu ya!
Siapkan hati, dan kesabaranmu. Karena suatu saat kau akan menghadapin ujian yang baru. Lepaskanlah jika perkara itu membuatmu ragu, peganglah perkara itu jika kamu yakin. (karena kesempatan tidak datang dengan hal yang sama), dan sebuah kejutan akan datang entah cepat ataupun terlambat? Entah takdir ataupun akhir (kematian) yang akan lebih dulu datang?

NOTE : "Puncak dari mencintai adalah mengikhlaskan".

Entah ikhlas untuk melepas atau ikhlas untuk bersama. karena semua sudah di takdirkan, tinggal kita yang memilih. Jika kita tidak memilih, berati itu pilihan kita.
Maka, kamu hanya cukup peka pada cara Semesta bekerja. 

Jangan pernah sedih, bingung atau apalah..... tetap semangat ya!
Karena kata imam safi'i: "Orang yang hebat itu bukan orang yang kuat, kaya, atau pintar. Tapi orang yang bisa menutupi kekurangannya, dan tidak menujukan kesedihannya, ataupun kelemahannya."

Dikalahkan Ego, Padahal Semesta Tengah Bekerja

5 hari berlalu, 
Aku tahu, 
Aku orang yg cukup plin-plan untuk urusan perasaan, jika dihadapkan dengan sebuah pilihan. Berkali-kali orang terdekat menyiapkan setumpuk tanda tanya yg membuatku binggung harus menjawab apa? Bagaimana bila dia begini? Bagaimana bila dia begitu? Jadi gimana kalau dia beneran berjuang untuk membuka tirai dihatimu, kedua orangtuamu, dan Bla... Bla... Bla. Tapi dia itu punya kekurangan lho? Dan semua orang belum tentu bisa menerima kekurangannya. Lalu, apa kekurangannya???  

Nafasku diganjal oleh sengal, semacam sesak yg tak tertebak. Lantaran, Aku binggung. Bagaimana bisa mempersilakan seseorang untuk datang sedang hatiku masih tertahan disana?? 
Hari itu, Aku tak bisa mengambil sebuah keputusan dengan netral. 

Aku memprediksi kemungkinan lain. Boleh, jadi saat itu Aku hanya melihat minusmu saja. Lalu melihat kelebihannya yg lebih unggul daripada kamu. Aku tahu, Kamu hanyalah orang asing. Mungkin karena itu, Aku sulit percaya pada orang asing? Sedangkan dia, seseorang yg tlah lama kukenal. Jadi wajar saja, kalau Aku tak begitu objektif saat itu. Pasti Aku lebih memilih orang yg lebih dulu kukenal dibandingkan orang baru. 

Tepat beberapa hari setelah itu, ternyata prediksiku salah. Penilaianku terhadapmu pun salah. Padahal Aku sudah berdalil panjang lebar diantara ikhtiarku yg super maksimal. Aku menyadari waktu yg angkuh selalu saja mengalahkan ketenanganku.

Eh, salah. Bukan waktu yg salah. Mungkin Aku yg tak pandai mengambil keputusan sejak saat itu. 28 hari setelah itu, Aku menemukan sebuah penilaian yg objektif yg membuatku menjadi berpikir ulang sekaligus bermuhasabah dalam-dalam. 

Aku tidak begitu mengenal dekat perempuan itu! Tapi hanya sekedar tahu, Aku mengenalnya karena beliau adalah seorang penulis favoritku. Tulisannya selalu menginspirasiku. Beberapa kegiatan Q&A selalu terposting di Akun Instragramnya. Lalu 25 Februari tepat pada pukul 13:38. Jemariku mengetik sebuah pertanyaan, melalui sebuah DM. Entahlah, apa yg membuatku bisa seberani itu. Kenapa Aku harus bertanya pada perempuan itu?? Perempuan yg kukagumi, meskipun tidak kukenal secara dekat. Ia seorang aktivis, penulis, sekaligus seorang guru di salah satu sekolah ternama di kotaku. 

Aku pikir, perempuan itu akan memberikan statement yg kurang lebih sama dengan orang-orang sebelumnya. Ternyata tidak. Jawabannya cukup membuatku berpikir ulang. Qadarullah. 
Seharusnya kamu bersyukur dik, dia sedang berproses menjadi lebih baik karena Allah. Doakan proses hijrahnya bukan karenamu, tapi karena-Nya. Maka keberkahan akan mengiringimu, dan mengiringinya nanti. 

Periksalah hubungan dia dengan Allah, bagaimana hubungannya dengan ibunya, dengan saudara-saudaranya, ataupun saudara perempuannya, lalu bagaimana ia membangun kedekatannya dengan anak-anak kecil. 

Karena yg dekat dgn Allah akan berusaha menjadi Imam rumah tangga sebaik2nya. 
Kemudian mesti dekat dgn ibu karena otomatis ia akan bisa memuliakan istrinya. Dekat dengan saudaranya, seperti itu juga dia akan menjadikan saudaramu sebagai saudaranya. Dekat dgn anak kecil agar ia bisa menjadi sosok ayah yg menyenangkan :)

Ada kisah tentang salah, seorang shahabiyah Rasulullah SAW yang menjadikan keislaman calonnya sebagai mahar. 

Saat menikah, suaminya, baru memeluk islam. Kebayang bagaimana banyak hal yg mesti dipelajari suaminya tentang islam. 

Tapi jika niat sudah kuat, seiring waktu berlalu malah sang suami lebih banyak kebaikan yg bisa dia lakukan utk memimpin wanita shalihah dan mengejar ketertinggalan ia dari sang istri.

Nah bisa menjadi contoh asalkan memang niat menikah sudah benar2 murni karena utk beribadah kepada allah.. 
Semangat yaa 🤗


Comments

Popular Posts