Seperti Kamu

Baca, Like, Comen, dan Share!

6. SEPERTI KAMU

Aku meyakini bahwa laki-laki yg baik hanya untuk diperuntukkan untuk perempuan yg baik pula. Akupun sibuk memperbaiki diri, berusaha sebisa mungkin untuk menjadi pasangan yang layak bagi siapapun yg Tuhan kirim untuk menggenapiku. 

Aku menyadari, hidup mengenap tidak lantas menjadi sempurna. Karena memang di dunia ini tidak ada manusia yg sempurna. Sepasang manusia yg hidup bersama bukan hanya memiliki kelebihan yg akan saling melengkapi, tapi juga kekurangan yg lebih banyak. Karena kekurangannya berasal dari dua orang yg harus ditanggung dan diperbaiki bersama. 

Keyakinanku tentang laki-laki yg baik untuk perempuan yg baik dan sebaliknya, sempat memudar di awal-awal itu. Bagaimana mungkin; kamu, laki-laki yg Aku harapkan sekufu denganku, yg jg bersusah payah memperbaiki diri, menikmati setiap proses hijrah itu yg terhitung masih dalam durasi yg sangat singkat, dan menyiapkan diri untuk hidup mengenap, ternyata seperti itu, memiliki kekurangan dan kesiapan kamu yg legowo itu, seakan pasrah pada apapun yg Tuhan inginkan buatmu, yg selalu bersyukur dengan versi terbaiknya kamu beserta kejujurannya kamu tentang kondisimu, Aku yg sempat menolak tentang semua kekurangan kamu, berkali-kali. Aku terluka, sekaligus pernah bersedih, kecewa. Kenapa dari sekian standar pilihan hidupku tidak ada dalam diri kamu. Sempat tidak yakin, apakah kamu benar-benar yg terbaik yg dikirimkan oleh-Nya untuk mengenapiku NANTI?? 

Ah, makasih ya sudah berusaha dengan begitu keras tanpa tuntutan yg panjang. Apalagi sampai menuntut kekuranganku. Belum, sejauh ini belum ku temukan darimu. Lagi-lagi hanya proses memaafkan yg bisa diterima, lalu sebuah kalimat penghibur yg selalu melekat dalam pikiranku. 

"Yg sudah-sudah. Kita perbaiki apa yg bisa diperbaiki. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Jangan ngeluh lagi, kenapa begini kenapa begitu! Udah, jangan!"

Rasanya hatiku meleleh. Kok ada ya orang seperti kamu! Rasanya mau marah iya, bawel iya, mau merengek juga iya. Well, tak ada yg salah dari Janji-Nya yg kuyakini; bahwa perempuan yg baik, hanya untuk laki-laki yg baik pula. Yg salah adalah caraku memahaminya. Nyatanya, Aku belum cukup baik buatmu. Tapi kamu sejauh ini sudah cukup baik buatku. 

Dan yg harus dipahami, Karena menjadi baik itu adalah proses sepanjang hayat, tidak semua perempuan atau laki-laki yg baik , beruntung dipertemukan dengan pasangannya masing-masing dlm kondisi yg sama baiknya. Ada beberapa yg tak kalah Beruntungnya, yaitu mereka yg dipersatukan dlm kondisi yg salah satunya blm begitu baik, tapi punya potensi dan keinginan untuk selalu memperbaiki diri. Tinggal masalah waktu dan kesabarannya saja, yg belum baik itu akan menyamai bahkan melebihi yg sudah baik. 

Diantara ribuan doa yg lalu, ada beberapa doa para sahabat yg tersemat dengan sangat baik. Ingat ya! Aku selalu berdoa, agar Allah memberikanmu pasangan yg baik. INGAT, baiknya pasanganmu itu nggak bisa dilihat dari kacamata orang lain. Karena memang, hanya Dia yg Allah kirimkan buatmu. Artinya, baiknya Dia itu memang hanya yg terbaik buatmu. Nanti kamu akan menemukannya, dan akan paham! Kenapa hanya Dia seorang yg terbaik buat mendampingi hidupmu di masa depan?? 

8. MENERIMA KAMU 

Ada yg terlambat aku mengerti, bahwa hidup menggenap bersamamu, artinya aku harus menikahi keseluruhan kamu. Bukan hanya menikahi apa yg aku sukai dari kamu, lantas menjadi kecewa karena segala kekurangan yg kamu punya. Bukan sekedar menikahi fisik kamu, tapi juga yg ada dlm diri kamu, termasuk pikiran dan hati kamu. Well, laki-laki cenderung lebih logis, sedangkan perempuan cenderung lebih melankolis. Jadi wajar, kalau laki-laki lebih suka dengan perempuan yg pikirannya nyambung dengan dirinya. Ehh, maaf ya. Kalau Aku lebih sering banyak nggak nyambungnya sama kamu di beberapa perbincangan kita. Sedangkan perempuan lebih suka laki-laki yg membuatnya nyaman. Betul apa betul? 😅

Kita bisa mengenap karena kita akan saling menerima kan?? Menerima apa adanya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Masalahnya menerima itu bukanlah perkara yg sederhana. Tapi untuk perkara ini, Kamu kok sederhana banget mikirnya. Nggak kayak Aku, banyak banget tuntutannya. Jadi Malu deh! Padahal tugas utama kita terhadap kekurangan kita adalah memperbaiki sebisa mungkin. Sedangkan terhadap kekurangan orang lain adalah dengan menerima. Sayangnya kita suka nggak sadar, kita suka sekali sibuk sama kekurangan orang lain, menganggap orang lain ini itu, atau harusnya orang lain itu begini begitu. Padahal, kita juga punya banyak kekurangan. Sepertinya Aku yg dulu seperti ini. Maaf ya, beruntungnya Aku dihadiahkan orang yg sabar seperti kamu. 

Baiklah, kalai sudah menerima, harusnya kita tidak banyak menuntut. Kalau kita sudah saling percaya, harusnya hati kita jauh lebih tenang. Dan aku harus belajar lebih banyak tentang itu. 

13. KESEDERHANAAN KAMU

Aku selalu suka dengan kesederhanaan kamu. Sederhana dalam banyak hal, terutama sederhana dalam melihat dan menanggapi masalah. 

Dan bagi siapapun yg belum menggenapkan hidupnya. Carilah pasangan yg bukan sekedar bisa membahagiakan kita, tapi juga yg bisa menyederhanakan kehidupan kita setelah mengenap nanti. Karena kebahagiaan bermula dari kesederhanaan. Semakin sederhana kita melihat kehidupan semakin banyak kebahagiaan yg akan kita dapatkan. Bersyukur. Udah gitu aja, dan Aku belum menemukan itu pada diri orang lain sebelum kamu. 

15. KEPASTIAN KAMU

Harusnya semua laki-laki di muka bumi ini mengerti, betapa mahalnya harga dari sebuah ketidakpastian. Apalagi, bagi mahkluk yg bernama perempuan. Kepastian tidak sesederhana iya atau tidak. Dalam bahasa keputusan, kepastian adalah salah satu Sinonim dari Keberanian. Tentu saja Aku tak mau hidup menggenap dengan orang yg tidak bisa memberi kepastian, dan tak terbayang betapa repotnya menghabiskan lebih dari separuh hidup bersama orang yg tak punya keberanian. Maka dia, laki-laki sebelum kamu yg berproses untuk menggenapiku itu, langsung ter-eliminasi dari pilihanku.  

Lalu, kamupun datang memperkenalkan diri. Bukan sekedar menawarkan keinginan untuk menggenapiku, tapi juga kepastian. Bukan sekedar kepastian waktu. Dan tak ada yg lebih menenangkan bagi seorang perempuan selain kepastian, walau terkadang kepastian itu berupa kenyataan yg pahit. Butuh waktu untuk memastikannya, dan terkadang tidak sebentar. 

Dan Aku kesal sekali waktu itu, kenapa laki-laki suka banyak pertimbangan? Terlalu banyak berpikir. Padahal kehidupan ad untuk dijalani. 

Kamu tahu, kenapa ketidakpastian itu ada? Aku menjawabnya dengan gelengan, Karena Aku sendiri pun tidak tahu apa jawabannya.

Karena dengan ketidakpastian, Allah meminta kita untuk selalu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi kelak. Ketidakpastian juga sarana untuk MENINGKATKAN KAPASITAS KESABARAN Kita. Kesabaran itu tak ada batasnya, cuma KAPASITAS KESABARAN kita saja yg terbatas. Dan salah satu cara untuk meningkatkannya ya dengan menghadapi ketidakpastian.  

Menikah itu tentang kesiapan, dan lagi-lagi, setiap orang juga punya kondisi yg berbeda-beda untuk bab kesiapan. Kalau kamunya sudah siap, hanya masalah waktu saja pangeranmu itu akan datang.  

Aku terkesima, dengan beberapa statementmu saat itu. Cara terbaik untuk mengetahui kita sudah siap atau belum adalah dengan menjalaninya. Jadi, mari kita cari tahu kita sudah siap apa belum untuk saling menggenap, dengan menjalani segala prosesnya. 

*Aku janji, aku berusaha sebaik mungkin untuk menunaikan kewajibanku nantinya, dan memastikanmu mendapatkan hakmu. Semoga kamu juga demikian, sisanya mari kita hadapi saja bersama-sama. Ternyata, kesiapan itu siklus. Kita sudah siap akan sesuatu, setelah itu selesai, kita dituntut untuk bersiap dengan sesuatu yg lainnya. Begitu seterusnya. Dan kamu benar, kesiapan itu adalah proses, ada banyak hal yg belum kita siap. Tapi harus tetap menjalaninya Karena tuntutan. Ingat ya! Hanya butuh keberanian saja untuk menjalaninya. Setelah itu kejutan-kejutan hidup akan antri berdatangan. 

Masih kuingat jelas, di masa aku sedang khawatir perihal jodoh yg tak kunjung tiba. Sampai kamupun datang dengan niat bersilaturahmi, iya lebih tepatnya datang ke kehidupanku. Datang dalam perjuangan yg lain, bukan sebagai teman seperti biasanya, tapi dengan niatan serius untuk menggenapiku. Benar adanya, kamu lebih berani dan lebih siap daripada orang-orang sebelum kamu yg juga berusaha untuk menggenapiku. Siap dengan segala resiko untuk diterima ataupun ditolak, kok legowo banget sih kamu, siap menerima respon kedua orangtuaku saat belum mengenal kamu, siap dengan potongan-potongan gambaran kehidupan yg akan kita jalani setelah mengenap, siap menerima plus minusnya aku, Siap tanpa menuntut apapun dari Aku, Siap bertanggungjawab atas kehidupan dunia dan akhiratku, siap berjuang dengan versi terbaikmu,

Ada banyak pertanyaan yg berlarian di benakku akhir-akhir ini. Dan sebelumnya, Aku minta maaf kalau pertanyaan itu harus ada?

Aku hanya butuh waktu, butuh jedah, butuh menfilter satu persatu standar pilihan hidupku yg sebelumnya pernah ku tata sesuai dengan keinginanku, butuh menurunkan egoku, butuh mendewasakan sikap dan memperbaiki pola pikirku, pertanyaan yg cukup mengangguku saat itu.

"Iya, apakah kamu orangnya? Apakah kita sudah benar-benar cocok? Apakah kamu jodoh terbaik yg dikirimkan oleh-Nya untuk mengenapiku? 

Aku tahu, ini tak selayaknya untuk ditanyakan. Tapi Aku butuh tahu dengan kesiapanku Sendiri. 

Pertanyaan itu bermula dari kumpulan peristiwa yg akhir-akhir ini ku lalui. Terlalu banyak asumsi demi asumsi yg masuk dalam memori pikiranku, ada yg pro ada yg kontra, betapa kita berbeda dalam banyak hal. Dam betapa perbedaan itu sering menganggu ketenanganku. Kadang Aku harus mengiyakan yg terbaik, terkadang juga hatiku sepertinya menolak, tapi ada rasa untuk menerima. Bukan apa-apa, Aku hanya bermaksud meluruskan. Sebelum semuanya terlambat. Aku tak mau kita pisah hanya karena tidak ada kecocokan diantara kita? Aku tak mau campur tangan penilaian orang lain terhadapmu mempengaruhi keputusanku, apalagi penyesalanku di hari esok. 

Kau tahu, Allah semakin meneguhkan kemantapan hatiku untuk memilihmu. Menerima kamu untuk menggenapiku. Bahwa hati ini mudah sekali dibolak-balik. 

Kamu pernah bilang, kita saling memperbaiki ya. Karena memang selalu ada yg harus diperbaiki dari mahluk yang bernama manusia. Aku pun belajar mengerti dengan bahasa isyaratmu. 

Jadi pertanyaan yg lebih bijak mungkin bukan sudah siap atau belum seseorang hidup menggenap? Tapi sudah seberapa siap? Bagi orang-orang yg beralasan belum menggenap Karena belum mapan, mungkin kita lupa kalau di luar sana ada jutaan pasangan miskin yg berbahagia dengan keluarga mereka.

Dengan kegenapan hidup mereka. Bagi yg beralasan karena belum ada calon yg cocok, toh di luar sana banyak pasangan yg sering bertengkar tapi masih tetap bersatu. Atau ada yg mengaku sangat cocok sebelum menikah, tapi sudah bercerai sebelum 5 thn usia pernikahan mereka. Kita tak pernah tahu, Hanya Tuhan yg tahu bagaimana akhirnya, bagaimana hasilnya. Kita hanya harus berproses sebaik-baiknya. 

Kita hanya harus mempersiapkan diri, apapun yg akan terjadi dalam kehidupan kita. Kita hanya harus yakin, kalau kita akan melaluinya dengan baik. Sebaik Tuhan yg sudah menyampaikan kita pada titik ini. Sebaik Tuhan yg sudah menyediakan segala hal yg kita butuhkan, walaupun terkadang Dia baru memberikannya kepada kita ketika kita benar-benar butuh. Tapi yg pasti, semuanya sudah tersedia. Hanya masalah waktu saja.

Dan tak ada yg bisa mengalahkan lamanya waktu, selain kesabaran. Seperti Aku yg sedang menunggu kamu yg tak kunjung datang untuk memintaku pada kedua orangtuaku.  

Aku baru menyadari betapa sulitnya Percaya, betapa saling percaya adalah harga yg tidak bisa ditawar dalam hubungan sepasang manusia yg saling menggenapi. Percaya yg bukan hanya tataran kamu berucap lalu aku percaya atau sebaliknya, tapi Percaya atas apa yg kamu lakukan untukku, untuk keluarga kita, untuk masa depan dunia dan akhirat Keluarga kita nantinya. Dan itu jelas tak semudah berucap. 

Dibutuhkan serangkaian kebaikan yg berkesinambungan untuk membuat seseorang Percaya pada kita, dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi untuk tetap percaya, kerelaan yg tidak sedikit untuk menitipkan masa depan kita pada seseorang yg terhitung baru dalam kehidupan kita. Tapi begitulah jalan yg harus ditempuh, agar kehidupan menggenap dihiasi dengan rasa tenang. Saling percaya bukan hanya sekedar saling mencintai. 


Comments

Popular Posts