Jumpa Kita dalam Halaqah

Baca, Like, Comen, dan Share!

Kujumpai adik manis itu kini sudah bukan remaja lagi. Diantara masa yg sudah berlalu, perihal nostalgia Kita dalam dekapan ukhuwah. Ternyata setelah keberjarakan dan perpisahan kita diantara jumpa yg lalu. Kini Tuhan menganulir takdir. Membawamu jatuh kepelukan Kasih dan Sayang-Nya untuk berjumpa denganku siang itu. 

Ada pola-pola ukhuwah yg sengaja kita anyam dalam lingkaran cinta itu, ada sebait doa yg melangit kala kita tak bertatap, ada rindu yg sengaja berani kita tuntaskan tuk jadi temu Jam'iyyah. Kita selalu ingat tentang sapa dan sebuah tanya, tentang kabar hari ini ataupun hari lalu, tentang ruang diskusi paling menyenangkan, tentang proses belajar paling nyaman, ruang untuk saling mendengarkan, dan ada pula ruang khusus untuk saling bertukar bercerita antara satu dengan yg lainnya. Iya, semuanya melebur dalam suka-duka di satu pekan kita yg tlah lalu. Apakah Kau juga rindu Adik perempuanku? Teduh. Perempuan melankolis itu hanya bisa menyekah tangis dalam haru. Rindu. Aku benar-benar rindu getar di atmosfer kita yg dulu. Begitu juga dengan kamu, ataupun mereka. 

***

Sejak Mbak Aisyah pergi untuk meninggalkan kami semua di Bumi sedulang setudung ini. Kami hanya bisa menahan ingin dalam diam. Pertemuan-pertemuan pekanan terasa tidak menyenangkan. Ikatan kami tetap menguat. Hanya saja iman kami yg melemah, lantaran luka kemarin belum menemukan penawarnya. Keikhlasan kami semakin mengkerdil karena kepergiannya. Hati kami terlalu sempit untuk menerima Cinta yg baru itu. Perlahan Aku mulai alfa dalam lingkaran cinta itu. Hari berganti hari menjadi seminggu, sebulan, dan ternyata 5 bulan lamanya Aku sudah tak membersamai mereka. Aku kecewa karena tak ada yg bisa memahamiku disana. Pertemuan pekanan itu bagaikan cerita angin lalu. Aku memutuskan untuk hijrah ke kota, rasanya tak ingin lagi bercengkrama dengan rekan-rekan di daerah. Bukan karena Aku membenci mereka. Sungguh tak ada niat sedikitpun untuk membenci mereka, meskipun hati kami terlukai. 

Keputusanku sudah bulat, ingin pergi jauh dari orang-orang yg melukai Mbak Aisyah. Sebelum kembali melangkah untuk Membersamai getar di atmosfer cinta itu, Aku mendapat panggilan interview di salah satu perusahaan. Aku sangat bahagia, karena Aku diterima menjadi karyawati disana. Sebulan berlalu, Aku menjalankan pekerjaanku dengan profesional. Hanya sajaq sore itu, Ibu Tasya Selaku Owner Kantor cabang memanggilku ke ruang kerjanya. Jantungku berdebar dag-dig-dug. Dengan rasa takut, cemas, khawatir, sembari menerka-nerka. Hal apa yg akan disampaikan oleh Ibu Tasya kepadaku. Apa Aku tidak melakukan pekerjaan dengan profesional? Atau ada customer yg tidak nyaman dengan sapaanku? Cukup. Aku tak ingin berasumsi. 

"Biru, gimana? Masih ngaji? Kemarin ngajinya dimana?"

Pertanyaan itu membuatku kalut, dan kaget. "Kenapa Owner Perusahaan bertanya seperti itu?" Batinku. 

"Dulu pernah ngaji di daerah. Sekarang sudah tidak lagi Ummi."

"Mau ngaji lagi nggak? Nanti biar Ummi carikan kelompoknya di kota ini."

"Mau Ummi."

Jawaban yg singkat. Namun, penuh dengan keyakinan seakan luka kemarin sudah sembuh total. Mungkin imanku sudah melemah, lalu tanpa basa-basi, Aku menyepakati keputusan di hari itu untuk kembali mengaji. 

Sebulan berlalu, ada pesan WhatsApp masuk. 
Pesan dari nomor tak dikenal, namun membuat hatiku tergerak untuk melingkar kembali dalam "Getar di Atmosfer Cinta itu". Aku membalas pesan beliau tanpa tahu seperti apa orang yg ku balas pesannya kali itu. Tidak ada foto yg tertera di profilnya. Sembari menebak-nebak, apakah lingkaran kali ini akan membuatku nyaman kembali. Beberapa kali perbincangan, sampailah kami pada tahap proses Ta'aruf. Lalu, kami ngatur jadwal pertemuan. Alhamdulillah, kerinduan itu tuntas setelah berjumpa dengan teman-teman yg baru. Iya! Ummahat yg membuatku kagum, sekaligus termotivasi untuk mengaji kembali. Thanks Allah, sudah mengatur Skenario dengan sedemikian indahnya dalam rencana-Mu. 

Palembang, 2019
Lingkaranku. 
Getar di Atmosfer Cinta 

Bersambung...

Comments

Popular Posts