Sebatas Perjalanan Menuju Asa

Baca, Like, Comen, dan Share!

 


Dulu, Aku tertarik banget buat membaca buku Teka-Teki Rasa karya  Mbak Ahimsa Azaleav. 3 Tahun lalu juga, Aku masih sibuk mencari tahu jawabannya. Iya, tentang bagaimana perasaannya kepadaku? Apa akan berhenti disana, atau berakhir dengan seiring berjalannya waktu? Selalu saja ada waktu untuk menerka-nerka sesuatu, menghubungkan setiap keadaanku dengan keadaannya. Sampai pada BAB IKTIAR dan BAB BERJUANG itu harus kuusaikan seketika. Aku capek, dan itu salahku sendiri! Kenapa menyibukkan sesuatu untuk bergelut pada teka-teki rasa di waktu yg tidak tepat? Namanya saja Asumsi. Entah benar! Entah Salah! Tapi Aku senang bisa menyelesaikan bagian demi bagian narasinya. Mau ditunggu sampai kapan juga, kalau bukan disana jawabannya? Kamu bisa apa??

Wait ya, ada lagi! Novel Bang Azhar Nurun Ala pun saat itu jadi bacaan yg tak pernah bosan untuk kubaca berulang kali. Meskipun sudah beberapa kali khatam dalam membacanya. "Cinta adalah Perlawanan", Novel ini nyaris membuat asumsiku bertahan. Berandai, bahwa dia akan datang di masa depan nanti. Ternyata nggak seindah kayak cerita-cerita di Novel ya sist... Hihihi

Pointnya gini! Setelah sudah ikhlas, fokusku bukan lagi ke pertanyaan "Perihal tentang Kedatangan", tapi sudah beralih fokus ke berbakti sama Ortu. Inget banget! Gimana respectnya Adik perempuanku itu. Bukan Adik kandung sih! Tapi, selama berteman dengannya. Masya Allah banget ukhuwah itu.  Di beberapa Momentum bertemu, ia sering bilang begini: "Sabar ya Mbak! Fokus dulu berbakti sama Ortu. Nanti kalau Ibu sudah ikhlas Mbak Menikah. Itulah waktu yg tepat buat Mbak, dan Jodoh itu hanya akan datang di saat kalian sama-sama  siap, Mbak." Aku berusaha buat tenang. Terimakasih sudah pernah menghiburku dengan kata-kata seperti itu.

Bukan hanya itu, saat Aku terlalu pesimis sama masa depanku. Aku bersyukur, karena punya sahabat yg baik, yg menguatkanku, menasehatiku saat Aku Down, memberikan referensi link YouTube padaku untuk kulihat tayangannya. Kali-kali ada kebermanfaatan yg luas disana. Inget banget, tayangannya bertema "Ngaji Jomblo". Iya, Akun YouTube Ustadz Felix Siauw ini menjadi peneman perjalanan hidupku saat itu. Episode demi episodenya kudengarkan di sela-sela waktu kosongku. Sahabatku bilang begini: "Jangan khawatir, nanti akan ada seseorang yg bisa menerima plus minusnya dirimu dari berbagai sisi. Memaafkan semua kesalahanmu di masa lalu. Iya! Cukup Yakin sampai disitu. Kalau janji Allah itu Pasti, dan Allah akan memberikan yg terbaik buatmu."

Oktober 2020. Yups... Tahun dimana Aku pernah mengikut kelas SPN (Sekolah PraNikah) selama 3 Bulan. Betapa oh betapa. Banyak pelajaran berharga yg bisa kuambil dari kegiatan itu. Hari-hari yg kulalui selepas shalat 5 Waktu, selalu kuisi dengan tangis yg tak berhenti berderai. Terkadang Ibu melihat putrinya ini pasrah nggak berdaya. Aku terlalu cenggeng. Memang! Aku yg biasanya Strong Women dihadapan orang-orang, ternyata lemah banget. Nggak pernah-pernah ngasih tahu expresi sedihku dihadapan Ibu. Meskipun udah itikaf di Kamar... Masih ketahuan juga melownya. 3 bulan itu adalah proses pendewasaan buatku. Proses berdamai dengan masa lalu, mulai mengikhlaskan satu-persatu hal yg menganjal pengap di relung hatiku,  membuatnya terasa sempit, dan beberapa perenungan panjang lainnya. Hal yg harus kulakukan adalah meyakinkan kedua orangtuaku tentang keinginanku untuk menikah.

Pada saat itu, nggak ada satupun calon yg bisa kurekomendasikan namanya. Tidak ada perkenalan apapun. Karena Aku tidak sedang menunggu siapapun. Terlebih, Aku harus berusaha keras membalut lukaku sendiri. Lantaran harapanku tak berujung indah. Kesalahan terbesar adalah pernah berharap kepada makhluk. Kurang lebih 5 bulan, Durasi yg nggak sebentar. Antara Proses menunggu dan Tanya yg sesegera mungkin butuh jawab.

12 Februari 2021. Allah berikan jawaban itu secara cepat. Melegakan, Meskipun di hati terasa menyesakan. So! dari sini Aku mulai belajar. Nggak mau meletakkan harapan sama manusia. Mau seindah apapun rencana yg dijanjikan manusia sama kita. Tetep nggak bisa menjamin hal indah di Enddingnya. Waktu berlalu setelahnya... Nggak ada harapan indah apapun. Ikhlasin yah Dian! Ikhlas. Pasti digantikan dengan yg lebih baik lagi.

28 Januari 2021,
Beberapa orang memberikan opsi lain sebagai saran, dan tidak ada opsi lain selain menjalani hidup ini dengan arahan-Nya. Sesuatu yg tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dari Aku yg cukup asing baginya, dan begitu juga sebaliknya dia yg cukup asing bagiku. Bertemu dengan kesengajaan yg direncanakan oleh Tuhan. Pertemuan ke-3 adalah hal yg membuatku kaget. Betapa tidak, orang asing itu datang ke rumahku dengan niat silaturrahmi. Ditemani dengan 2 adik perempuanku. Pertemuan perdana itu tanpa Ayah. Ibu tersenyum tipis sekaligus kaget... Debaran perasaan kali itu membuatku canggung, dan serba salah. Khawatir sudah tentu. Bagaimana kalau pemuda itu serius ingin berniat baik padaku?? Saat Kedatangannya, Beberapa pesan WhatsApp masuk dalam nomor handphoneku.

"Mbak, kakakku itu jangan ditantangin. Kalau ditantangi, dia pasti berani. Nggak urus, mau itu gagal ataupun berhasil. Kalau dia sudah berusaha. Pasti dilakoninya. Mbak, jangan sampai mempermainkan Kakakku yah. Dia itu orangnya baik. Mbak, nggak sedang bercandakan?? Gimana kalau dia beneran serius sama Mbak?"

Jawabku saat itu Simple. Mbak nggak sedang mempermainkan hati siapapun. Ketika dia bisa membuka Keridhoan Ortu Mbak, Allah Mudahkan dia untuk menuju Mbak, dan memudahkan setiap prosesnya. Mbak meyakini, Bahwa itu yg terbaik dari-Nya. Cukup. Meskipun dalam hati pada saat itu perasaan campur aduk. Takut, kalau lelaki itu beneran serius mau meminangku.

Hari itu kulihat Ibu tersenyum bahagia sekaligus kaget. Perihal kedatangan. 

"Siapa di depan?"

"Aku menjelaskan dengan sedetail-detailnya. Kali pertama ada lelaki baik yg berniat silaturrahmi disaat kami tidak begitu mengenal. Hanya sekedar tahu nama, dan bertemu 2 kali."

Meskipun sudah kujelaskan. Tetap saja Ibu memandangku dengan wajah binggung. Tersenyum, sekaligus ada sebuah tanya dalam pikiran beliau? Aku menjelaskan, Pemuda itu adalah lelaki biasa, dari keluarga yg sama biasanya seperti Keluarga kita. Refleks muncul pertanyaan frontal dariku.

"Bu, bagaimana jika lelaki itu menjadi jodohku?"

"Iya nggak apa-apa, yg penting dia baik dan baiknya dia tidak hanya sebelum kalian menikah saja. Tapi selanjutnya pun tetap sama baiknya."

Diawal-awal kedatangannya Aku melihat Ibu bisa menerimanya dengan sangat lapang. 

Well, Aku yakin! Allah lebih tahu mana yg terbaik buat hamba-hamba-Nya. Dari doa-doa yg tertunda diantara jedah kala itu, jarak yg tak pernah bisa diprediksikan sampai tiba kedatangannya, asing namun tidak selamanya menjadi yg terasingkan. Sesuatu yg tak ditakdirkan untukmu sekuat apapun kita menjaganya, mengikatnya. Takkan pernah menjadi milik kita. Sebaliknya Sesuatu yg pernah melewatkanmu, tak diharapkan kedatangannya, Sekuat apapun kita mengabaikannya, menutup hati kita, Jika Allah sudah membolak-balikkan hati kita. Maka, takkan bisa melewatimu. Karena Dia akan pulang dan kembali ke pelabuhan yg semestinya. Meskipun masih dalam hitungan durasi, tak mengapa? Sembari memperbaiki niatnya, sembari menyiapkan ruang paling lapang di hati tentang sebuah penerimaan.

Bersambung...


Palembang, 28012021

  


Comments

Popular Posts