Cerpen Semalam

Baca, Like, Comen, dan Share!


 

17:27
11 Mei 2022

Sehabis melepas lelah sembari membaca Kitabullah. Sebuah DM di akum instagram masuk, mampu memecahkan fokus dan kenikmatanku pada hari itu. Berusaha memperbanyak Istiqfar dan menenangkan hati sambil menunggu waktu magrib. Selepas magrib air mata itu tumpah ruah, mau marah juga buat apa? Orang sudah jadi bagian dalam ujian hidupku. Nggak guna juga marah. Berhubung sudah tidak usaha menyinpan kesedihan itu, mulai memanggil Suami. 


11 Mei 2022

"Mas". Sambil meyekah tangis, berharap tak ada yg mendengar kesedihanku di hari itu. 

"Ada apa? Coba cerita ke Mas!" Suami pun kaget melihat keadaanku malam itu. 

Lalu, Aku menceritakan semua keluh kesahku pada Suami setelah berkeluh pada-Nya selepas shalat Magrib.

"Mas, Aku ingin pulang. Aku mau menyelesaikan semuanya. Aku capek Mas? Ayokkk Mas, kita pulang. Aku nggak mau Ibu kenapa-kenapa. Aku takut Ibu jadi sedih kalau tahu." 

"Mas tidak mengijinkan kamu pulang malam ini. Kamu harus tenangin diri kamu dulu. Yakin dan percaya sama Allah. Pasti semua ada kemudahan dan solusinya. Pasti Allah menolong kita kok. Tandanya Allah sedang menguji kita, dan menaikkan derajat kita. Sabar yah! Kamu nggak sendirian kok. Ada Aku disini. Kita lalui sama-sama yah."

Keegoisan dan amarahku meredah setelah menemukan bahu ternyaman dan pelukan erat yg membuat hatiku jadi tenang. 

"Sini. Udah! nggak boleh larut dalam kesedihan lagi. Malam ini kita makan di luar. Kamu butuh refreshing." Lagi-lagi pelukan itu mendekap dengan erat, sembari mengusap kepalaku agar tangis ku redah, dan Keadaanku membaik. 

Aku menyerahkan semuanya pada-Nya. Kami pun pergi ke luar untuk menikmati 2 cangkir bandrek dan semangkok model (makanan khas Palembang). 

"Mas udah kenyang. Jadi Kamu makan modelnya yah." Perintahnya malam itu. 

Setelah menghabiskan semangkok model dan secangkir bandrek. Kami pun bergegas pulang, di persimpangan jalan Suami berhenti untuk memesan sebungkus Nasgor. Setelah pesanan kami selesai, Suami memilih jalan yg berbeda. Jujur, Aku binggung dengan tingkahnya. Katanya dia udah kenyang. Kok memesan sebungkus Nasgor. Oh. Mungkin buat Ibu Mertua (Batinku malam itu). 

"Kok lewat sini Mas. Mau kemana kita?" Tanyaku dgn penasaran. 

"Sayang, Tolong Nasgornya kasih ke Bapak Tua itu yah! Mumpung Beliau lagi Istirahat."

Kulihat di pinggir jalan ada seorang Bapak tua sedang duduk sembari memegang topi. Beliau berjualan pohon bambu. Cukup banyak dan berat. Ia nampak kelelahan. Malam2 seperti ini, Beliau masih berikhtiar mencari nafkah.

"Terimakasih Nak." 

Masya Allah, Bagaimana bisa Aku berpikir bahwa masalah/ujian hidupku begitu berat di pikul. Sedangkan kulihat dengan kedua mataku ada orang yg lebih berjuang keras. Dalam perjalanan menuju pulang. Tak henti-hentinya Aku menangis, dan memeluk erat Suamiku dari belakang. Sementara tuturkan masih melafazkan kalimat Istiqfar. Dadaku terasa sesak. Tangisku masih menjadi-jadi. 

"Mas, kasihan yah Bpk itu." 

"Iya. Kita harus banyak-banyak bersyukur. " Suami masih fokus mengendari motornya, dan Aku masih dibanjiri dengan air mata. 

Comments

Popular Posts