Hari ke-10, Dipahamkan dan Dipertimbangkan

Baca, Like, Comen, dan Share!




He: "Aku tahu kamu punya banyak mimpi. Teruntuk 1 mimpimu itu. Sesuatu yang tidak bisa Aku sebutkan. Aku tahu, kamu sedang semangat-semangatnya mengapai mimpi-mimpimu yang tertunda dulu, ketika Aku belum dipertemukan oleh-Nya untuk bertemu kamu. Setelah kita hidup menggenap, Alhamdulillah salah satu mimpimu yang sempat tertunda itu terwujud. Aku senang sekaligus bangga punya Istri seperti kamu. Tetapi, ada 1 hal yang Aku sesalkan. Kenapa kamu terlalu berambisi mengejar mimpimu tanpa memikirkan kondisi keuanganmu? Aku rasa ambisi bisa saja jadi alih-alih nafsu. Ketika mimpimu sudah terwujud, kamu merasa sangat puas dengan pencapaian. Setelah itu, Kamu akan nampak biasa-biasa saja. Lantaran mimpimu sudah terwujud bukan? Sebagai Suamimu, Aku mendukung aktivitas positif dan produktifmu. Tapi tidak selalu! Ada bagian yang harus kupahamkan untukmu. Semua untuk yang terbaik! Diawal ku jelaskan dengan penuh kehati-hatian sampai kamu paham! Aku hanya ingin berperan sebagai pasangan hidupmu yang tak menuntut. Sayangnya, kamu belum paham denganku. Tapi sekeras-kerasnya keinginanmu, selama Aku bisa memahamkanmu. Aku tahu, hatimu akan melembut, egomu lambat laung akan turun, pikiranmu akan terpaut pada logika bukan sekedar mengikuti perasaanmu. Kamu akan paham. Bahwa Suamimu ini tengah memberikan pemahaman yang baik untukmu Istriku. Aku bersyukur, kamu memahami caraku. Meskipun diawal kamu nyaris terluka dengan sudut pandangku."

She: "Benar. Perempuan lebih mengikuti perasaannya daripada logikanya. Tidak selamanya maksud baikmu bisa diterima diawal. Bagiku, butuh proses yang tidak sebentar untuk memahami sudut pandangmu. Namanya saja tulang rusuk yang bengkok. Butuh kesabaran untuk menyadarkan sudut pandangku sebagai seorang perempuan bahwa Aku lebih mengikuti perasaanku ketimbang logikaku disetiap halnya. Perlahan, kamu menyadarkanku bahwa tidak semua mimpi harus diwujudkan secara bersamaan. Ada hal yang harus diprioritaskan, dipertimbangkan, dan disadarkan bahwa Aku harus tahu kapasitasku sudah sejauh mana? Diawal, Aku menyadari bahwa Aku terluka dengan semua persepsimu saat itu. Tapi Aku berusaha menerima sudut pandangmu. Seketika ada kebaikan disana, setelah Aku bisa menerima sudut pandangmu. Ternyata, Kamu benar! Ada kalanya Aku harus memberi jedah perihal mewujudkan mimpi. Aku lebih senang kamu ridho dengan apapun yang Aku lakukan, ketimbang tidak. Bagiku, Ridhomu bisa membuka pintu keberkahan-Nya terhadap tindakanku. Terimakasih."

Palembang, 18082022

Comments

Popular Posts