Hari-03, Ketidakpekaanku dan Pemaklumanmu

Baca, Like, Comen, dan Share!


He: "Sejak awal sudah Aku jelaskan padamu bukan? Seperti apa marahnya Aku? Tidak ada luapan emosi yang bisa diungkapkan di hari ketika Aku marah. Keadaan nampak baik-baik saja. You know what? Aku tidak suka membagi rasa kesal, kecewa, marahku padamu, ketika Aku dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Aku lebih suka menyembunyikannya sampai keadaan sudah membaik, setelah itu baru ada proses evaluasi untuk kita. Pahamilah bagaimana tidak ekspresifnya Aku, ketika Aku dalam keadaan marah! Aku lebih memilih mencari kesibukan lain yang lebih bermanfaat, daripada harus mengungkapkan rasa kesal ataupun marahku padamu. Sebisa mungkin pergi menghindar darimu untuk beberapa waktu. Sebentar! Meredahkan emosiku. Aku tidak ingin merespon tindakan itu dengan cepat. Aku tidak ingin terjadi perdebatan diantara kita. Kamu tahu? Aku tidak ingin melukai sekaligus terlukai. Aku tidak ingin membuat suasana diantara kita berubah menjadi tidak nyaman. Baiknya ku simpan sendiri sampai ada waktu yang tepat untuk menyampaikannya. Aku rasa Allah selalu memampukan kita melalui ujian dalam bahtera Rumah tangga ini. Selama kita meminta pertolongan pada-Nya."

She: "Teruntuk sebuah kata bernama kesalahan yang tidak diungkapkan. Ada rasa tidak peka untuk bisa memahami apa yang tidak kamu sukai dan kamu sukai. Tetapi, dengan proses yang tidak sebentar. Sekeras apapun ego yang ada di dalam diri ini, pasti melemah. Bukan karena adanya kata mengalah. Tapi harus ada lisan yang mudah untuk meminta maaf. Terlepas salah ataupun tidak, kita harus sama-sama punya hati yang lapang untuk menerima evaluasi di setiap proses yang tidak menyenangkan itu. Hal yang terpenting adalah kita punya Allah. Seklimaks apapun problemnya, seperti katamu. Allah sebaik-baiknya penolong kita, Allah yang memampukan kita untuk melalui ujian demi ujian dalam bahtera rumah tangga ini. Aku senang, kamu bisa memaklumi ketidakpekaanku di beberapa bagian episode kehidupan kita. Begitu juga, Aku harus memaklumi bahwa kamu juga punya slaksa rasa yang tidak menyenangkan terhadap ketidaksempurnaanku dalam berbagai hal. Kamu sebagai Suamiku, tetap bijaksana meskipun dalam keadaan marah sekalipun. Terimakasih sudah memaklumi diri ini yang tidak sempurna untuk menjadi pasangan hidupmu setelah kita hidup menggenap."

Palembang, 18082022



Comments

Popular Posts