Program NURAM Jingga, Lakara

Baca, Like, Comen, dan Share!


Kita teman bukan? Lalu, kenapa setelah kau bawa Lakara itu ke Pelabuhan terakhirmu. Justru, kau meninggalkan Aku di Dermaga itu sendiri. "Aku tak menyedihkan seperti yg mereka bayangkan. Aku pasti dipandang jahat bagi mereka, hanya karena mereka telah mendengar watakku dalam narasi kita. Rasanya tak adil! Tapi Aku tak mau ambil pusing dengan persepsi mereka terhadapku. Aku tak mau mengacaukan pikiranku sendiri dengan semua omong kosong itu" Ujarku dengan nada setengah marah, sembari melihat ke cermin, hanya air mata yg mengalir deras membasahi pipi ini.

"Kamu, datang Ahad nanti ke acara Wedding Mas Frans dik?" Sebuah pesan WhatsApp masuk dalam layar handphoneku.

"Tidak Mbak, Ahad nanti Vivi ada Ujian Tengah Semester di Kampus." Aku berusaha membalas pesan Mbak Dyah dengan jujur. Tapi tak cukup meyakinkan balasanku pada malam itu.  Maka tak heran, jika Mbak Dyah terus saja melemparkan kalimat tanya kepadaku.

"Jam berapa selesainya dek? Kalau mau datang, yokss sama Mbak aja?" Balas Mbak Dyah.

"Vivi selesai Ujiannya Sore Mbak, jadi Vivi nggak bisa hadir", Balasku.

"Vivi ngado yah atau sudah menitipkan amplop pada seseorang?"

Ku pandangi layar handphone saat membaca satu persatu pesan yg masuk di WhatsApp sesekali membuat hatiku jadi dongkol. "Bagaimana bisa, Mbak Dyah mempertanyakan hal itu padaku? Tidak adakah yg bisa memahami keadaanku saat ini?" Aku seperti orang gila yg terus melempar tanya, kepada diri sendiri sembari melihat ke cermin.

"Vivi nggak ngado Mbak, dan tidak menitipkan amplop kepada siapapun. Karena Mas Frans tidak mengundang Vivi. Beliau datang ke Rumah Vivi hanya untuk mengundang Keluarga Vivi. Tidak ada undangan lisan, pesan WhatsApp, atau sekedar basa-basi." Karena sabarku sudah tak terbatas, Aku berusaha menjelaskan kepada Mbak Dyah tentang pertanyaannya? Terserah, Mbak Dyah mau menerima penjelasanku atau tidak. Aku sudah berusaha jujur.

Qadarullah setelah membaca pesanku, Mbak Dyah pun mengerti kenapa Mas Frans bersikap seperti itu padaku? Mbak Dyah merasa kecewa dengan sikap Mas Frans.

***

28 Mei 2022
18:56

Malam itu ada pertengkaran hebat di Rumahku. Aku yg selama ini bungkam dengan semua tekanan batin itu seketika meluap seperti bom atom yg meledak. Iya! Tekanan batin lantaran Aku dipaksa menikah dengan Mas Frans. Mama, Kakak Kandungku, bahkan Ipar-iparku, tak habisnya menyodorkan sebuah kalimat penerimaan tentang niat baik Mas Frans yg ingin meminangku. Sedangkan hatiku masih tertahan disana (ruang tunggu untuk kedatangan Mas Ajran).

"Aku tidak mau menikah dengan Mas Frans. Aku masih ingin sendiri, masih ingin menikmati dunia pekerjaannku, masih ingin melanjutkan studi kuliahku. Percuma, Mama memaksaku untuk menerima Mas Frans. Hati ini nggak bisa dipaksa Ma, Aku sudah dewasa. Kenapa kalian begitu mengintimidasiku? Seolah-olah Mas Ajran ingin merebutku dari Mas Frans. Aku hanya penat dengan sodoran Pernikahan. Aku butuh refreshing dan bercerita tentang semua keluh kesahku. Aku nggak mungkin bisa cerita ketidaknyaman hatiku ini kepada Mama, Kakak-kakakku, dan Mbak-Mbakku. Jika kalian semua mendukung niat baik Mas Frans. Aku juga tidak mungkin pergi keluar dengan Mas Frans, sedangkan beliau adalah objek dalam masalahku. Jadi Aku memilih Mas Ajran untuk menemani perjalananku. Lalu, kenapa kalian berlaku tak adil pada Mas Ajran? Seolah-olah Mas Ajran ingin melarikanku. Aku pergi dengan Mas Ajran bukan untuk bermaksiat, Mas Ajran hanya menemaniku pegi dan mendengarkan semua unek-unekku."

Di luar Rumah, Aku melihat Mas Frans datang bersama Adik Perempuannya. Aku tak peduli dengan asumsinya terhadap amukku pada saat itu. Aku hanya berusaha jujur, kalau Aku tidak bisa menerima pinangannya meskipun semua keluarga besarku memaksaku.


Palembang, 05 Juli 2022

Comments

Popular Posts