Hari ke-27, Terbaik

Baca, Like, Comen, dan Share!

"Peluk itu akan sangat menenangkan, bermuhasabbah pada kesalahan diri sendiri, sembari memperbanyak istighfar, dan menyelipkan do'a-do'a terbaik."

April,
Rasanya sudah terlambat untuk berbenah, jika sapa saja sudah tidak bersambut. Jika peluk saja sudah tak sehangat malam kemarin. Sedang ia tahu, keadaan kian lama menjadi dingin. Keadaan sudah berubah tak seperti apa yang puan itu pikirkan, tak bisa merangkai kejadian agar bisa sesuai dengan apa yang puan itu inginkan, tapi dia sadar. Dia bukan Tuhan yang bisa mengatur rencana dengan sedemikian rupa indah, tanpa hambatan, air mata kesedihan dalam hari-harinya, tanpa luka ataupun penyesalan, tak ada cela untuk kecewa, dan semua slaksa rasa yang ada itu jadi amuknya. Terlambatlah sudah!

Ingin rasanya membereskan semua kekacauan yang terjadi pada malam itu. Dalam lamunan yang dalam ia menatap wajah tuan itu. Matanya berkaca-kaca, dan berderai. Hatinya tak bisa berbohong, kalau keadaannya malam itu sedang dalam keadaan yang tidak baik. Setidaknya tangis itu melegakan, menandakan bahwa puan itu penuh dengan kelembutan.

Hanya terselip doa terbaik, dengan harapan agar tuan itu sudi memaafkan setiap salah dan khilafnya, agar tuan itu bersedia meluruskan keterbengkokan dari tulang rusuknya. Do'a jadi harapan agar Sang Pencipta mau melembutkan kerasnya ego dan amarah yang ada. Do'a jadi harapan agar tak ada lagi keluh puan yang tersimpan dalam hatinya, namun tak sanggup untuk disuarakan.

Lekas membaik sampai esok pagi. Ia berdo’a, memohon yang terbaik dalam harap-harapnya, bagaimana ia bisa menerima yang terbaik menurut-Nya jika tidak ada kepasrahan. Jadi pasrah saja, ia mencoba lagi mengulangi do'a-do'a terbaiknya. Hanya menunggu waktu terkabulnya doa.

"Pada-Mu, Ya Illahi Rabbi. Hilangkan kesedihan dan gantikan dengan kebahagiaan.”

Palembang, 27092022




Comments

Popular Posts