Gerimis Day-30, Keterbatasan Seorang Anak Bakti
Desember 2022,
Tahun-tahun yang tidak mudah untuk dilalui, bersyukur bisa menjalani peran sebagai istri, dan sebagai figur seorang ibu dengan versi terbaikku. Suka-duka menjalankan peran sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu sudah dilalui, dan akan selalu berlanjut. Nikmat sekali.
Desember 2022,
Tahun yang penuh dengan air mata untukku, dan suamiku. Bagaimana tidak, Allah menguji kami dengan kepergian Mama? Iya! Mertuaku, dan patah hati seorang anak adalah ketiadaan dari orangtuanya. Meskipun Aku hanya seorang menantu. Baktiku seperti orangtua sendiri. Allah memberikan keteguhan, dan pundak yang kuat buatku untuk merawat Mama yang di dera sakit stroke selama 4 tahun. Bukan waktu yang sebentar, dan tahun ini mama menghadap Illahi. Allah lebih sayang Mama. Terimakasih Ma, sudah memberi peluang bagi menantumu ini untuk menanam lahan pahala di hari esok. Bagiku taat pada Suami itu adalah hal yang sulit, terlebih lagi kondisi orangtuaku juga sedang sakit. Tapi taat, dan berbakti pada Suami membuatku rida' menjalankan peran ini, dan Suami pun Ridho.
Desember 2022,
Kami kembali di uji. Aku harus menemani ibu untuk kontrol fisioterapi setiap pekannya. Ibu sudah sangat sepuh. Tidak ada yang lebih diinginkan oleh seorang Ibu di masa tua, selain bisa berkumpul bersama anak-anaknya, dan cucunya. Tapi dengan semua keterbatasan, Ibu harus mengubur harapan itu. Ibu tinggal sendirian di rumah. Iya! Anak-anak lelaki Ibu terlalu sibuk di tanah rantau, dan jarang sekali untuk pulang. Saat ini, Ibu mengidap penyakit pengapuran tulang. Aku satu-satunya anak perempuan yang berdomisili di kota yang sama dengan Ibu justru tak bisa berbuat banyak. Ketika Aku meminta Ibu untuk tinggal bersamaku, Ibu menolak. Ibu merasa tak ingin membebaniku. padahal, Aku tidak merasa terbebani sedikitpun. Rasanya khawatir bila tidak ada yang menemani Ibu di rumah, tapi Aku pun tak bisa menetap lebih lama di rumah Ibu.
Palembang, 30122022
15:24
Comments