30HBC23 Day-22, Alhamdulillah
Alhamdulillah hari ini bisa bangun lebih pagi. Padahal hari minggu. Lanjut aktivitas awal setelah aktivitas diri sendiri selesai membangunkan Suami dengan ciuman di keningnya dia. Alhamdulillah, tidak sulit membangunkannya. Alhamdulillahnya lagi, makmer (Mamak Mertua) menyiapkan sarapan omlet/lenggang mie buat kita-kita.
Alhamdulillah juga, bisa buka medsos lebih pagi buat membaca feed story, beranda, ataupun live yang buat hati kita bernutrisi dan bergizi. Alhamdulillah pagi-pagi juga bisa bersenda gurau sama Suami sebelum Suami ijin buat pergi memancingnya. Itu waktu Me-Time dia. Kalau di ajak mancing yah hayooo, kalau dianya memang lagi pengen ditemenin sama Istrinya ini. Hehehe... Kalau enggak yah, Alhamdulillah. Aku bisa Me-Time dengan buku bacaanku pagi ini. Maklum planning awal harusnya semalam. Karena ada tamu, mau tidak mau harus menemani adek angkatku ngobrol. Alhamdulillah bisa pegang perut bumil. Siapa tahu nular? Semenjak menikah, dia jadi tetangga kami disini. Meskipun tetangga, tapi kita jarang ketemu. Aku sibuk kerja, dan dia sibuk dengan aktivitas lainnya. Mau ketemu pun kalau memang sudah terjadwal, atau tiba-tiba seperti semalam. Intinya Qadarullah. 😅
Alhamdulillah,
Alhamdulillah,
Alhamdulillah,
Alhamdulillah,
Alhamdulillah,
Alhamdulillah,
Bersyukur dengan sebanyak-banyaknya. Karena pagi ini Aku sudah merasa berbunga-bunga dan bahagia. Artinya peluang bahagia hari ini full sayang. Hehehe... Maaf yah, bukan bucin lho ini. Hanya saja kata-katanya agak lebih.
Lahhh kok pagi-pagi begini Aku membaca buku Edisi Indonesia "Mahkota Pengantin: Bingkisan Istimewa untuk Suami Istri" Penerjemah Ahmad Syaikhu. Bukan sedang mengkampanyekan teman-teman yang belum menikah buat menikah lho. Lagi menyempatkan diri buat menbaca buku kado pernikahan 05122021 yang lalu dari Bestie di Empat Lawang. Makasih bukunya Bestie. 😅
Bahtera rumah tangga membutuhkan dua dayung sekaligus, yaitu Suami dan Istri, agar sampai ke daratan dengan penuh aman, cinta, dan kasih. Konsekwensinya harus saling bekerjasama, tidak boleh menuntut untuk selalu menerima tanpa mau memberi. Harus segera memberi dan tidak menunggu apa yang akan diterima.
Suami harus bersabar dalam kepemimpinannya. Karena ia bertindak sebagai Nakhoda bahtera agar bisa membawa Istrinya berlayar hingga berlabuh di pantai cinta dan keluarga yang bahagia. Istri juga tidak boleh membiasakan Nakhoda berlayar sendiri ketika Suami berjuang dan bersusah payah. Harus memberi imbalan lebih kepada Suaminya dengan sentuhan penuh kasih, Kata-kata manis yang menjadikannya tidak merasa pedih atau penat dalam menjalaninya. Pada akhirnya mereka duduk bersama seperti putri dan raja untuk sampai pada kehidupan rumah tangga yang diridhoi-Nya. Hlm. 168-169
Edisi Indonesia Buku "Mahkota Pengantin: Bingkisan Istimewa untuk Suami Istri" Penerjemah Ahmad Syaikhu.
Catatan Pembelajar Seorang Istri,
Palembang, 22 Januari 2023
08:26
Comments