Cerita Haru Saat Mudik
Baca, Like, Comen, dan Share!
Ketika jadwal pulang ke rumah Ibu, ataupun balik lagi pulang ke Rumah Mamer berasa lagi mudik. Perjalanan yang lumayan jauh. Ditempuh 1 jam, kalau dengan kecepatan ngebut ditempuh setengah jam. Kalau lagi hijrah dan melalui jalan lintas timur ataupun jalan soekarno-hatta suka lihat rombongan pemudik yang naik motor. Masya Allah, jadi kangen mudik ke kampung halaman. Ada kerinduan tersendiri, bahkan haru ketika melihat perjuangan anak rantau pulang ke kampung halaman. Terselip do'a terbaik untuk keselamatan dan kelancaran dalam perjalanan yang mereka tempuh.
Teruntuk anak rantau,
Pulang dan kembalilah,
Temui orang-orang yang kalian sayangi,
Sebab, kita tidak tahu kematian yang lebih dulu menjumpai ataupun kesempatan membayar kerinduan dengan tuntai ketika pulang,
Ahhhhh...
Ingat sekali!
Setelah beberapa tahun tidak pulang,
Setelah beberapa tahun tidak dikunjungi nenek ataupun kakek,
Qadarullah ada kesempatan pulang ke kampung halaman ayah,
Justru kami sekeluarga menyimpan kerinduan yang tak bisa ditemui dengan peluk hangat dan kasih itu, kecuali hanya dengan do'a anak-anak/cucu yang shaleh/shalehah di depan pemakaman Almh. Nenek saat ziarah. Ahhhh tangis itu meluap seketika, mengingat kembali kebaikan, pelukan, candaan, tangan rentah itu pernah menyambut tanganku, senyuman itu masih melekat erat dalam kenangan kami anak-anak/cucu-cucumu Nek.
Selagi masih ada kedua orangtua,
Teruntuk anak rantau,
Pulanglah!
Temui kedua orangtuamu,
Semoga Allah mudahkan/mampukan, dan lancarkan rezeki anak rantau dan beri kesehatan agar bisa pulang ke kampung halaman.
Dalam salah satu syair dalam kitab “Alala Tanalul Ilmu …” dijelaskan, “Pergilah kalian dari desa untuk mencari kemuliaan, karena dari perjalanan atau merantau kita bisa menemukan lima perkara; menghilangkan kesusahan, menambah rezeki, menambah ilmu, memperbaiki akhlak dan mendapat teman-teman yang baik.”
Selamat berpetualang,
Jangan lupa jalan pulang,
Jika Masih ada rindu disana,
Palembang, 24 April 2023
Comments