Life-Membuka Tabir-Nya dan Ikhtiar Maksimal
Baca, Like, Comen, dan Share!
Jujur, dulu sebelum ketemu jodoh, Aku adalah orang yang ngebet banget pengen menikah muda. Kalau ngelist buku planner tahun 2017. Aku sudah ngelist No. 1 bisa menikah muda. Hehehe... Why?? Sepertinya, asik menjalani kehidupan rumah tangga di usia muda. Maklum, pada saat itu pikirku menikah hanya untuk bahagia. Pengen punya Suami biar ada yang menemani. Biar bisa merasakan indahnya pacaran setelah menikah, seperti isi dalam buku yang pernah Aku baca. Padahal realitanya tidak selalu indah, dan bahagia. 🤣😅
Haduuhhh. Maaf yah! Kalau bahasaku terlalu jujur. Tapi ini Real! Serius, untuk bisa sampai di titik membuka tabir-Nya ini (Perihal Menanti Jodoh) nggak mudah. Pertama, harus dengan gedoran yang kuat (do'a). Kedua, harus dengan ujian hebat (proses pendewasaan). Ketiga, harus dengan usaha meyakinkan orangtua perihal maunya Aku untuk menikah, dan sebelumnya sudah harus dibarengi soal kesiapan dalam memantaskan diri dihadapan-Nya. Bagiku, durasinya lama.
Aku anak Sulung sekaligus penganti tulang punggung keluarga. Pada saat itu, orang yang paling sulit banget mengikhlaskan Aku untuk menikah adalah Ibu. Ada banyak kekhawatiran di pikiran Ibu ketika Aku bertekad untuk menikah. Wajar khawatir, karena Aku anak Sulungnya Ibu, dan Aku satu-satunya anak perempuannya Ibu. Otomatis setelah menikah, Baktiku sudah berpindah ke Suami nantinya. Waktuku untuk berbakti dan membahagiakan Ortuku juga terbatas. Soal rumah singgah juga pasti akan turut Suami.
Di fase ini, sering banget curhat ke Adekku @fathiyarobbaniyah Alhamdulillah, setelah cerita dikuatin sama dia. Mimpi pengen cepet menikah itu pun memudar. Fokus ngebahas soal berbakti kepada Ortu dulu. Mulai ikhlas. Karena ketika Ortu belum cukup Ridho mengikhlaskan Aku untuk menikah, otomatis jodohku pada saat itu belum bisa datang. Jadi bener! Yakinkan Ortu dulu, dan buka keridhoan Ortu dulu. Baru Allah Acc. Mungkin pada saat itu, Aku belum cukup bersyukur dalam menikmati masa kesendirianku, lebih terfokus pada jodoh. Padahal aslinya Aku belum cukup siap untuk menikah. Harusnya maksimalkan untuk memantaskan diri di hadapan Allah. Baru deh dimudahkan. Bukan ke yang lain. Namanya juga ujian manajemen hati, ego, dll. Wajar susah. ☺😅
Point penting! Allah pasti memberikan kemudahan. Iya itu! Kemudahan menjemput jodoh impian atau kekasih halal. Yang penting istiqomah dengan amalan-amalan kecil, Lillah. Jangan lalaikan amalan yang wajibnya. Kalau mau merayu Allah kan harus deket-deket, biar mesra. Rajin-rajin minta pada-Nya. Mau list keinginan sebanyak apapun iya hayokkk? Nggak apa-apa! Perihal diijabah atau enggak, urusan nanti. Yang penting meminta yang terbaik pada-Nya.
Waktu perkenalan Aku dan Suami terbilang lama. 28 Januari 2021 Kali pertama dia datang ke rumah, belum ketemu Ayah. Niat hati dia buat kenalan, hari itu dia ditemani dengan 2 adek angkat perempuanku. Sampai Ibuku kaget ada orang asing yang datang ke Rumah. Februari 2021, Aku menolaknya. Mei 2021, menerimanya kembali, dan Suami memastikan kembali soal niat baiknya untuk meminangku. Lalu menjual asetnya pada bosnya di kantor buat modal menikah. Jadi tidak menyusahkan keuangan ortunya. Ketika asetnya laku. Bismillah. Jumat, 11 Juni 2021 Khitbah, dia datang ke Rumah sendirian untuk menemui kedua orangtuaku. 10 Agustus 2021 Pertemuan dua keluarga dengan niat silaturrahmi yang cukup sederhana tanpa tukar cincin. 29 November 2021, Proses Seserahan dan tukar cincin dari calon mertua ke jari manisku. ☺
Life-Membuka Tabir-Nya dan Ikhtiar Maksimal
Catatan Pembelajar
Palembang, 31 Januari 2023
11:04
Comments