Life-Problem Itu Anugerah-Nya

Baca, Like, Comen, dan Share!

 


Diawal menikah Suami support banget sama kegiatan tulis-menulisnya Aku. Mendadak dia pun jadi pandai menulis narasi. Padahal itu bukan dia banget. 😅 Tapi setelah beberapa bulan vakum, dan rasa malas pun melanda. Tidak ada lagi kumpulan narasi yang dibuat olehnya. Wajar sih, alasannya logis? Karena belum ada ide buat menulis. Okeh! Tahun lalu, kita berdua pernah punya harapan ingin menerbitkan buku solo. Tapi sayangnya gagal, maklum faktor finansial. Hehehe...jadi harapan itu pun terpendding sampai detik ini.

Aku nggak tahu, apakah Aku adalah orang yang Introvert apa bukan? Yang jelas, kadang Aku merasa lelah saat berada dalam keramaian. Kalau obrolannya nggak nge-Klik di hati Aku. Aku lebih memilih menghindar. Lebih seneng menghindari perdebatan, dan nggak suka ribut-ribut kecil. Takut melukai perasaan orang lain. Jadi lebih hati-hati lagi dalam berbicara.

Aku adalah orang yang introvert. Lebih nyaman menikmati kesendirian. Entah itu dengan membaca buku, tilawah, mendengarkan musik ataupun menulis. Jadi wajar kalau Aku lebih nyaman mengekspresikan segala sesuatunya lewat tulisan bukan obrolan. Karena paling sulit mengkomunikasikan sesuatu lewat berbicara. Jadi maaf yah kalau feed storyku lebih banyak spamnya. Beginilah resiko jadi orang yang Introvert. 😅

Pernah nggak sih ada benturan dari Suami perihal hobiku ini??? Pernah banget. Setelah Suami vakum menulis. Aku lebih sering spam story. Niat menulis sih nggak ada yang aneh-aneh? Share pengalaman seputar kehidupan saja. Kalau bermanfaat, yah syukur. Kalau nggak, juga nggak harus maksa orang lain untuk suka dengan apa yang kita tulis, dan membacanya. Pinsipku satu! Kalau menulis, menulislah sesuatu yang punya value (nilai), atau kebermanfaatan jangka panjang buat orang lain.

Bagiku, setiap pembaca itu punya kebutuhan sendiri perihal apa yang mereka baca. Sudut pandang orang lain dalam menyikapi sesuatu yang mereka baca itu beda! Bagi orang yang tidak menyukai kita, memang kegiatan menulis ini dipandang unfaedah. Nggak penting, atau ada juga yang komentar "ehhh kok semuanya mesti di ekspos", atau " Kok seneng banget sih ngumbar-ngumbar kehidupannya di tanah publik." Padahal, nggak semua hal itu harus di pandang negatif. Tergantung sudut pandang kita? Mau komentar seperti apa? Toh, kita yang menulis juga nggak sembarangan. Karena kita pun akan memilih, mana yang perlu dikonsumsi publik, dan mana yang enggak?

Teruntuk problem itu, ternyata jadi benturan buat kami berdua. Jadi pernah suatu ketika, Suami nggak Acc dengan hobiku ini. Karena dia nggak mau terekspos ke medsos. Pada saat itu, dia hanya memandang sisi negatif dari hobi menulisku. Misal, nih! Ngapain sih menulis? Kita itu harus ada ranah privasinya. Nggak harus diumbar semuanya. Aku paham dengan inginnya.

Okeh! Sampai disitu, Aku menyepakati apa yang disampaikan Suami. Kalau memang itu yang menjadi problemnya, maka mau nggak mau Aku harus alfa dari kegiatan menulis di medsos. Kalau Suami nggak Acc. Mau sebermanfaat apapun tulisan kita itu sia-sia. Nggak berkah dan nggak ngebuka RidhoNYA juga. Jadi vakum menulis di ruang medsos.

Qadarullah, dari kealfaan itulah jadi jalan dan solusi terbaik-Nya. Ada beberapa pembaca yang nge-DM dan bertanya?

"Kok, sudah nggak menulis lagi Mbak? Padahal tulisan yang di share bermanfaat, dan menginspirasi lho?" Jujur terharu dengan support mereka. Mulai berani mengkomunikasi semuanya sama suami dari hati ke hati. Dari masa kealfaan itu pun sudah berikhtiar keras ngiket hati Suami dengan Do'a. Pasrah saja pada-Nya sembari meminta diberikan solusi terbaik. Alhamdulillah, setelah di negosiasi lagi, dia memberikan ijin pada Istrinya ini untuk aktif menulis di medsos lagi.

Catatan!!
Masing-masing orang akan mendapatkan apa yang diniatkan. Pada akhirnya, kita sama-sama legowo, dan menerima setiap keputusan dengan bijak dan tidak mengedepankan ego dari salah satu diantara kita. Hanya saja, sekarang kalau menulis di ranah publik ketika ada yang salah, pasti auto dinasehati Suami. Konsekuensinya apa? Iya harus menghapus tulisan yang sudah terpublikasikan. Alhamdulillah, logis nasihatnya. Sekalian evaluasi diri, dan ada kegiatan saling Kroscek.

Manfaat dari memahami benturan yang ada sebelumnya jadi ritmen baru kita. Alhamdulillah sekarang, Suami Acc. Kalau kita lagi Me-Time. Suami justru memberikan waktu buatku untuk menyiapkan bahan tulisan. Intinya di kasih waktu buat draft tulisan.

Jadi point pentingnya apa?
Bagi kita yang sudah punya pendamping hidup, support system dari Suami itu penting banget perihal hobi kita. Biar tercipta kesejiwaan dan kebahagiaan tadi. Proses saling menghargai, dan memberikan apresiasi pada potensi yang kita punya. Selagi komunikasi kita baik ke Suami, dan baik ke Allah, pasti ada kemudahan disana. Benturan itu jadi proses pendewasaan buat kita. Terutama buat Istrinya ini! Harus berterima kasih sama Suami, karena sudah ada yang kroscek dan memberikan nasihat. Artinya dia sayang sama Istrinya. Buka keridhoan Suami itu penting. Biar apa yang kita tulis itu berkah, dan bermanfaat. Seperti yang Aku bilang di awal. Dalam kehidupan rumah tangga itu, benturan pasti ada. Tinggal bagaimana cara kita bersikap, dan bagaimana cara kita memahami ritmenya? Sulit sudah pasti! Ego pun ada. Kalau tidak belajar untuk saling memahami. Iya nggak akan paham! Tapi ketika sudah paham, akan lebih gampang lagi melalui track selanjutnya. Jadi lebih bijak lagi dalam mengambil keputusan. Setelah menikah, kita tidak bisa mempertahankan egonya kita. Harus bersinergi dalam. Kebaikan.

Life-Problem adalah Anugerah-Nya
Catatan Pembelajar.
Palembang, 30012023
23:07


Comments

Popular Posts