Life Story, Komitmen untuk Bahagia
He: "Nanti cincin pernikahannya mau Emas atau Perak?"
She: "Perak."
He: "Kenapa enggak Emas?"
She: "Kan Maharnya sudah Emas. Aku pengennya perak, supaya Mas bisa istiqomah memakai cincin pernikahan kita. Kan Suami nggak boleh memakai perhiasan Emas.
Aku maunya kita samaan. Jadi nggak apa-apa kan kalau belinya perak?"
Point penting bagi laki-laki!!
“Diriwayatkan dari Umar, dia berkata, ‘Rasulullah SAW pernah membuat cincin emas, dan ketika memakainya meletakkan matanya di bagian dalam telapak tangannya, maka orang-orang juga membuat cincin emas.
Kemudian Rasulullah duduk di atas mimbar dan menanggalkan cincinnya sambil bersabda, ‘Sungguh aku telah memakai cincin ini dan aku letakkan matanya di perut telapak tangan.’
Lalu beliau membuang cincin itu sambil berkata, ‘Demi Allah aku tidak akan memakainya lagi selama-lamanya‘ maka orang-orang pun membuang cincin mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sahabat Abu Hurairah ra. meriwayatkan:
أَنَّهُ نَهَى عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ
Rasulullah ﷺ melarang untuk memakai cincin emas (HR. Muslim no. 2089).
Dari Abu Musa, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Emas dan sutra dihalalkan bagi para perempuan dari ummatku, namun diharamkan bagi para pria. " (HR An Nasal dan Ahmad)
Bukan aji mumpung sih. Aku cukup tahu sama diri Aku, jadi Aku ambil yang aman-aman saja. Memakai cincin perak. Aku juga tahu, kalau calon Suami pada saat itu bukan tipe orang yang suka pakai perhiasan meskipun cincin pernikahan. Tadinya dia negosiasi menolak nggak istiqomah memakai cincin pernikahan setelah kita menikah. Tapi karena kita berbicara soal komitmen dan sudut pandang. Akhirnya, dia ngerti sama inginku. Nantinya kita akan hidup berdampingan alias berdua. Nggak mungkin dongs, dia mengedepankan egonya. 😅 Aku mikirnya gini. Dia itu kerja lapangan, ujiannya dasyat banget bagi seorang lelaki. Aku tahu ada Allah yang menjaga-Nya, tapi berikhtiar dulu untuk sebuah komitmenkan nggak apa-apa? Nggak ada salahnya. Jadi kalau dia beneran berkomitmen untuk pernikahan ini. Pasti dia mau memakai cincin pernikahan itu always di jari manisnya setelah kita menikah. Asumsiku, kalau dia komitmen, berarti dia setia. Wkwkwkwk
He: "Cincin pernikahannya mau siapa yang membelinya?"
She: "Mamas saja. Butget dari uang kita berdua. Biar ikut merasakan perjuangannya. Meskipun cincin pernikahan hanya simbol. Tetep mencari yang terbaik."
Akhirnya, komitmen kecil seperti ini terealisasikan dengan baik. Kalau cincin pernikahannya emas gimana? Iya nggak apa-apa buat perempuan saja.. Laki-laki nggak usah pake. Berhubung aku bisa ngukur diri Aku. Aku lebih ambil aman dan nyaman memakai perak. 😅
Point penting!!!
Jadi, persepsiku di atas tadi adalah komitmen untuk menghadirkan kebahagiaan di dalam rumah tangga.
Berusaha menghadirkan suasana "SALING" dalam kehidupan sehari-hari. Dengan komitmen ini, kedua belah pihak selalu berusaha melakukan hal terbaik untuk pasangannya. Di antara cara menghadirkan kebahagiaan antara suami dan istri adalah dengan cara saling setia, saling menjaga, saling menghormati, saling menghargai, saling menyayangi, saling mencintai, saling menjaga satu dengan yang lain. Kami butuh kesejiwaan, sebagai sebuah proses untuk selalu mendekat dan semakin dekat. Kami butuh menciptakan bonding yang kuat, sehingga ikatan di antara kami tidak bisa diganggu oleh siapapun. Kami juga butuh sebuah kepercayaan dalam sebuah kehidupan pernikahan. Maaf yah! Bukan mengurui lho ini. Aku hanya share ilmu pernikahan dari Pak Cahyadi Takariawan. Beliau seorang Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer.
Life-Komitmen Untuk Kebahagiaan
Catatan Pembelajar
Palembang, 29012023
14:10



Comments