Life Story, Menanti Dalam Taat

Baca, Like, Comen, dan Share!



Tujuan hidup berumahtangga bukan soal menikmati narasi kebahagiaan ataupun kesedihan semata. Sebelumnya, kita sadar! Kita telah mengambil komitmen itu bersama, dan tentunya dengan bersama juga kita menghadapi sepaket konsekuensinya. Konsekuensi menerima ujian-Nya, ataupun sepaket konsekuensi untuk mensyukuri setiap nikmat-Nya. Aku paham untuk sampai dititik yang sekarang, bukan soal menerima saja yang kita jalani. Tapi soal memilih keputusan untuk mencari keberkahan-Nya. Keputusan yang terkadang membuat sulit tapi dimudahkan selama masih meminta arahan-Nya. 

Usia pernikahan kita masih sangat mudah, memasuki tahun ke 2. Ramadhan tahun lalu kita bersama, dan bersyukur Ramadhan tahun ini Allah ijinkan kita juga untuk bisa menjalani suka-dukanya bersama. Mengambil peluang kebaikan dari-Nya pun dengan bersama. Termasuk melewati ujian-Nya pun bersama. Jadi sadar, bahwa penantian ini sungguh tak sebanding dengan pejuang garis dua lainnya, dan belum seberapa dengan kesedihan pejuang garis dua lainnya. 

Beberapa melempar nasihat namun terkesan menggurui. Ah sudah biasa, Aku terima statement yang begitu. 

"Coba deh check up ke dokter! Aku sudah check up, ikut promil kemudian nggak lama terus hamil."

"Coba deh kamu minum herbal ini! Aku sudah coba konsumsi herbal itu 3 bulan, nggak lama langsung ngisi alias hamil."

"Coba deh kamu ikhtiar ke tukang urut yang spesialis dukun beranak! Aku habis urut ke Mbah/Bukde itu langsung ngisi."

"Coba deh konsumsi buah ini! Aku habis beberapa bulan konsumsi, terus positif hamil."

So! Pada akhirnya semua saran mereka adalah bener. Mungkin cara penyampaian saja yang tidak tepat untuk direalisasikan ke semua orang. Termasuk ke proses jurnal yang begini.😅

Ketika buka narasi sama Suami. Bersyukur, Suami bijak dalam merespon semua statement yang masuk ke argumentasiku tadi. Bersyukurnya lagi, ada juga kok yang support positif. Jadi ikhtiar duniawi itu hanya perantara saja untuk kita (pejuang garis dua). Jangan fokus ke ikhtiar duniawinya saja, lalu lupa sama ikhtiar langit. Jujur, Aku salut lho denger support orang-orang yang positif thinking dan no toxic dalam hal penyampaian ke kita. Mereka tuh bener-bener jaga hatinya kita bener. Sampai ada yang bilang. 

"Mbak, Ana kosong 9 bulan lho. Nggak apa-apa, nikmatin prosesnya Mbak. Nggak usah pikirin asumsi ataupun statement orang lain atas hidup Mbak. Kan yang jalanin Mbak. Artinya, Allah pengen Mbak dan Suami nikmatin indahnya pacaran dulu setelah menikah. Dua-duanya dulu."

Bahkan, Aku salut sama temen yang secara external dia biasa-biasa saja. Tapi punya nilai religius yang Masya Allah sama Suaminya. Jadi, disamping ikhtiar duniawi. Ternyata ada amalan kecil yang diistiqomahkannya saat dia jadi pejuang garis dua. Pasangan ini bener-bener solid buat merayu Allah. Terus amalannya apa? Mungkin yang perempuan dan lelaki giat shalat tahajjud. Habis subuh mereka giat tilawah bareng. Entah itu dengan membaca surat Yasin dan Al-Waqiah bareng habis subuh. Entah itu dengan shalawatannya mereka? Entah itu dengan dzikirnya mereka. Ahhhh ketika sudah waktunya, akan terasa indah. So! Allah hanya akan memberi amanah di saat yang tepat dan di saat kita sudah cukup siap menerima Amanah itu. Sungguh bersyukur punya temen-temen yang nggak toxic, dan support positif thinking banget, apalagi mereka lebih punya sisi religius buat menyampaikan sesuatu. Lebih memotivasi ketimbang menggurui. ☺

Kalau flashback sama perjuangan ketika kita sedang menantikan jodoh impian. Nah, kurang lebih sama. Jadi kalau ada di masanya menanti. "Perihal pertanyaan tentang kedatangan?" Kita jangan dominan mikirin ikhtiar duniawinya saja. Tapi kencengin juga ikhtiar langitnya. Fokus kita tuh 1. Bukan soal pengen/mau punya keturunan saja. Tapi coba deh! Di sela waktu tunggu dan penantian itu fokuskan sama memperbaiki diri. Setelah menikah dan punya jodoh juga kudu ikhtiar terus memperbaiki dirikan?? Sebenernya juga Allah nggak hanya menilai ikhtiar duniawi dan ikhtiar langitnya kita saja. Kalau Rahmat Allah sudah menemani kita. Maka "KUN", Terjadilah! Itu kalau Allah sudah Ridho. 

Pernah dengar do'a ini:
Doa Nabi Zakaria ketika ingin mengharap keturunan. 

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةًۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ
Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. QS. Ali Imran : 38

رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ

“Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris yang paling baik.” QS Al-Anbiya’: 89

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا ۝٤ 
"Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku." QS. Mariyam: 4

وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۙ ۝٥ 
"Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu." QS. Maryam: 5

Point pentingnya apa?? 
Nggak ada yang nggak mungkin kalau Allah sudah berkehendak. Rahmat, dan Kasih Sayang Allah itu Maha Luas. Tugas kita adalah berikhtiar dan tawakal. Sebab dari kesabaran yang menemani, dan penantian panjang yang selalu di bisikan dalam do'a-do'a sunyi, selalu saja memberikan harapan yang indah. Kelak hal baik, dan rencana terbaik-Nya pun akan dihadiahkan kepadamu. Sama seperti ikhtiar pejuang garis dua lainnya di luar sana. Bersyukur dengan yang dijalani saat ini, lantas tak membuatmu lupa. Kalau Allah pasti memberi, dan mengabulkan permintaanmu di saat yang tepat. Tepat adalah soal waktu terbaik-Nya yang tidak bisa kita reka ataupun terka dari sudut pandangnya kita. Waktu yang spesial, dan penuh dengan misterius. Yakinkan?? Aku senang, dengan kisah Yunnaku. Penantiannya berbalas,🥰

Catatan Pembelajar, 
Palembang, 08 Mei 2023
21:40

Comments

Popular Posts