Life Story, Persepsi Tak Sama Soal Mertua/Orangtua

Baca, Like, Comen, dan Share!

 

Semasa penantian menunggu jodoh impian, kita telah mempersiapkan semuanya. Terutama melangitkan do'a terbaik untuk kebahagiaan setelah hidup menggenap. Sebab, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang? Tapi segala sesuatunya yang sudah terjadi, telah menjadi catatan perjalanan yang ditulis dengan Skenario terbaik-Nya.

Langitkan saja do'a-do'a terbaik sebelum kita bertemu jodoh! Selalu titipkan do'a terbaik pada kedua orangtua kita. Minta pada kedua orangtua, semoga kita diberikan jodoh yang terbaik menurut-Nya, diberikan ipar, keponakan, mertua, dan keluarga dari pihak mertua/ipar yang baik pula. Bahkan setelah menikah pun, do'a terbaik itu akan tetap sama. Mintalah pada-Nya, dan pada kedua orangtua kita untuk mendo'akan yang terbaik buat kita. Karena berikhtiar meminta kebaikan pada-Nya dengan do'a adalah modal awal orang-orang yang beriman.

RasulullahSAW bersabda, "Wahai Ummu Salamah, hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki teguh dalam iman, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkanya."

ﻳَﺎﻣُﻘَﻠِّﺐَ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮْﺏِ ﺛَﺒِّﺖْ ﻗَﻠْﺒِﻲْ ﻋَﻠﻰ ﺩِﻳْﻨِﻚ


"Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu?" (HR. Imam Tirmidzi)

 
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻣُﺼَﺮِّﻑَ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏِ ﺻَﺮِّﻑْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻃَﺎﻋَﺘِﻚَ


“Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepada–Mu.”
(HR. Muslim)

وَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْۗ لَوْاَنْفَقْتَ مَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مَّآ اَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ اَلَّفَ بَيْنَهُمْۗ اِنَّهٗ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

"dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. QS. Al-Anfal [8]: 63)

Begitulah cara Allah mengingatkan dan menyatukan hati orang-orang yang beriman. Ikatlah hati mereka dengan do'a.

Kita juga sadar! Sebelum menikah, banyak cita-cita yang ingin diwujudkan bersama. Seiring berjalannya waktu dari sekian banyak pilihan hidup yang dijalani akhirnya terfilter dengan sendirinya, dan jangan pernah menyalahkan ketegapan-Nya.Pahamilah! Setiap keluarga itu punya kemudahan dan kesulitan yang berbeda dengan keluarga lainnya. Apapun status rumah kita, maka tetaplah berdakwah! Dimanapun kita “punya rumah sendiri” ataupun "tinggal di rumah mertua/orangtua", ada seni-seni yang dapat kita ambil hikmah dan pelajaran. Sekali lagi tetaplah  berbuat baiklah di manapun kita tinggal, dan apapun status rumah kita.

Enak atau tidak enaknya tinggal di rumah mertua/orangtua itu tergantung dari bagaimana kita bisa beradaptasi dan bersikap baik dengan orang-orang yang ada di rumah. Diawal hidup menikah, kita paham! Bahwa pernikahan bukanlah hanya mempersatukan dua insan dalam satu ikatan, tetapi juga mempersatukan dan melibatkan dua keluarga besar. Kemudian akan berkembang menjadi berbagai interaksi yang kompleks. Ada istri/suami dan anak-anak, ada orangtua dan juga mertua, atau mungkin anggota keluarga yang lain. Maka dalam perjalanan berumahtangga dari waktu ke waktu, tak menutup kemungkinan, atau seringkali, atau bahkan selalu kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Akan ada posisi dimana kita merasa nyaman dan tidak nyaman dengan keadaan yang terjadi. Tapi bersyukur saja dengan keadaan yang sudah dijalani.

Bersyukur ketika kita tinggal di rumah mertua/orangtua, mereka mensupport apapun kegiatan Kita jika itu memberikan efek yang baik.


Bersyukur ketika kita menghadapi sebuah problem orangtua/mertua/ipar tidak turut serta campur dalam konflik kita, dan mereka tahu batasan privasi diantara kita.

 
Bersyukur ketika kita menghadapi kesulitan mereka memudahkan, membantu, dan meringankan pekerjaan kita.

 
Bersyukur ketika keluarga lagi sibuk dipusingkan dan terbebani dengani urusan uang kontrakan/cicilan, kita tak direpotkan dengan urusan begitu.

 
Bersyukur ketika keluarga lain sibuk dipusingkan dengan urusan pangan, keluarga kita tidak.

 
Bersyukur juga kita tidak dipusingkan dengan ketidakbetahan pasangan soal menetap di rumah mertua ataupun rumah orangtua sendiri.

Jadi teruntuk anggapan orang-orang diluar sana. Soal enak atau tidakenaknyak tinggal di rumah mertua/orangtua. Itu bukan soal persepsi yang sama. Sebab, tidak selamanya hidup kita semenyeramkan/menakutkan seperti film yang ada di sinetron-sinetron. Misal dengan statemen:
"Nggak enak lho tinggal sama mertua, nggak leluasa melakukan aktivitas yang ada, dan risih."

"Iya, bagaimana kalau mertua/ipar kita baik di depan saja, tapi dibelakang kita mereka jahat."

"Nanti mertua kita itu terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga kita, dan menghandel anaknya untuk mengikuti semua keinginannya yang nggak sesuai sama inginnya kita"

"Nanti kita nggak mandiri kalau menetap di rumah ortu/mertua kita, apalagi ada ipar. Nggak enak".

Teruntuk semua argumentasi ataupun persepsi itu sah-sah saja terucap dari lisan mereka. Mungkin mereka ada di keadaan yang seperti itu, mendengar dari orang-orang yang punya narasi seperti itu. Ahhhh, tapi bagiku. Enak-enak saja tinggal di rumah orangtua/mertua. Karena nggak semua orang itu punya narasi yang sama dengan problem hidup kita.

Ada beberapa hal yang perlu dipahami kalau kita tinggal dengan mertua/orangtua:

1. Sadar! Dimanapun kita tinggal, Suami meridhoi keputusan kita. Kalau dengan keputusan tinggal dengan mertua adalah yang terbaik. Paham, bahwa semua itu bentuk ketaatan pada Suami, jika Suami belum mampu memberikan papan/tempat tinggal pada kita.

 
لاَطَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِى مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ – رواه الترمذي


“Tidak ada ketaatan bagi seorang hamba ketika diperintah untuk bermaksiat kepada Allah”
. (HR. Imam Tirmidzi)

2. Berusahalah untuk bermuamalah dengan baik dengan keluarga yang ada di dalam rumah. Baik itu dengan ipar, keponakan, maupun mertua.

 ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang baik akhlaknya. Rasulullah SAW bersabda:


إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا


“Sesungguhnya sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari no. 6035).

3. Bisa Manajemen konflik, mampu mengendalikan ego, dan selalu berpikir positif untuk tidak berburuk sangka terhadap orang-orang yang ada di rumah.

Terakhir, perbanyak doa kepada Allah Azza wa Jalla agar diberi kemudahan dalam segala urusan kita serta dijauhkan dari hal-hal yang tidak kita inginkan.


"Hati yang ikhlas dan Do'a yang tulus adalah 2 tentara yang tak terkalahkan."

(Ibnu Taimiyyah) 

Wallohu A’lam
Palembang, 15 Mei 2023
11:36


Comments

Popular Posts