Life Story, Pertimbangan Jangka Panjang

Baca, Like, Comen, dan Share!



Jadi ketika Aku tahu bahwa orang yang meminangku itu bukan dari jama'ah yang sama dengan komunitas belajarku. Jujur sempet ragu padanya sebelum memutuskan penerimaan dengan kata "Iya".  Banyak pergulatan hebat di dalam hati ini. Namanya juga memilih pendamping hidup, jadi takutnya lebih dominan. Yang tadinya ngebet pengen nikah, seketika dijodohin/dikenalin dengan orang asing. Iya takutlah. Muncul pertanyaan yang buat Aku mikir keras.

"Kira-kira apa iya dia orangnya?" (Seseorang yang akan menjadi pendamping hidupku). Asli galau banget.

Mulailah sharing sama
Inget nggak, Aku pernah minta saranmu lho. Perihal ini.

Dia dan Aku orang tarbiyah. Kita kenal tarbiyah dari SMP. Tapi masih di luar sekolah belajarnya. Turut bergabung dalam tarbiyah karena motivasi ustadzah ketika TK/TPA dulu. Akhirnya kita ikut rohis (Rohani Islam), setiap jum'at kita duduk melingkar. Iya! Biasa kita sebut dengan kegiatan "mentoring". Ketika kuliah lanjut di "Liqo'an". Temenku kuliah sambil kerja, terus ikut lagi di luar. Kita nyaman sih belajar disana. Karena ukhuwahnya. Mulai nih ngeplanning. Nanti kalau punya calon pendamping hidup, mau yang orang Tarbiyah tulen ah. Biar sefrekuensi. Qadarullah, temenku itu nikah duluan. Dia dapat jodoh bukan sama orang tarbiyah. Tapi insya Allah terbaik menurut-Nya. Mereka menjalani hidup dengan versi terbaiknya mereka. Ketika Aku minta pendapat sama dia? Kata-kata dia bener-bener jadi bahan pertimbanganku.

"Yakin kamu mau punya calon orang tarbiyah tulen? Yakin dia bisa jadi orang yang terbaik buatmu? Aku dapat suami bukan orang tarbiyah, tapi kita aman-aman saja. Tapi kalau prinsip dan standar pilihan hidupmu seperti itu, Aku nggak mau mempengaruhi pilihan dan keputusan hidupmu. Kan yang jalanin kamu?"

Galau sesi ke-2 nih. Lumayan lama lho untuk memutuskan kemantapan hati itu. Terus Aku inget, sama narasi temenku yang sudah menikah sekitar 2 tahun, sebelum Aku ketemu jodohku. Dia menikah bukan sama orang Tarbiyah. Aku cukup tahu, kenapa dia tidak memilih pendamping hidup yang sefrekuensi sama dia, padahal yang mau berniat baik ke jenjang pernikahan sama dia banyak. Terutama seniornya di kampus. Tapi dia tolak. Dia punya jawaban tersendiri, kenapa tidak memilih yang sefrekuensi? Ketika Aku ada di posisi yang sama seperti dia. Sekarang Aku jadi paham sama apa alasannya? Next, pendapat pertama tadi bisa mempengaruhi pilihanku. Iyes! Tidak harus punya pendamping hidup yang sefrekuensi dalam komunitas belajar.

Ketika di kantor, mulai sharing lagi nih sama senior. Beliau orang tarbiyah tulen. Tapi objektif saran dari beliau.

"Bismillah. Minta sama Allah yang terbaik. Kalau dia bukan orang tarbiyah memangnya kenapa? Banyak juga lho yang tarbiyah dan sefrekuensi. Tapi di kehidupan real dalam rumah tangga benturannya lebih hebat dari orang awam. Yang penting kalian mau sama-sama belajar, dan memperbaiki diri. Bukan mempermasalahkan perbedaan sudut pandang. Syukur-syukur nantinya dia mau tarbiyah. Tapi kalaupun belum. Jangan dipaksa, yang penting di awal sudah ada kejujuran. Sama-sama minta yang terbaik pada-Nya."

Kemudian, Aku juga bertanya dengan penulis favoriteku melalui DM, dan jawabannya Masya Allah. Objektif juga.

"Alhamdulillah jika dia sedang berproses menjadi lebih baik karena Allah. Jika dia yg sedang hijrah hendak meminang, maka periksalah hubungan dia dengan Allah,  ibunya lalu anak kecil. Karena yg dekat dengan Allah akan berusaha menjadi Imam rumah tangga sebaik-baiknya. Kemudian mesti dekat dengan ibu karena otomatis ia akan bisa memuliakan istrinya. Dekat dengan anak kecil, agar ia bisa menjadi sosok ayah yg menyenangkan. Ada kisah tentang salah seorang shahabiyah Rasulullah SAW yang menjadikan keislaman calonnya sebagai mahar. Saat menikah, suaminya, baru memeluk islam. Kebayang bagaimana banyak hal yg mesti dipelajari suaminya tentang islam.
Tapi jika niat sudah kuat, seiring waktu berlalu malah sang suami lebih banyak kebaikan yg bisa dia lakukan untuk memimpin wanita shalihah dan mengejar ketertinggalan ia dari sang istri. Nah bisa menjadi contoh asalkan memang niat menikah sudah benar-benar murni karena untuk beribadah kepada allah.
Semangat yaa.  🤗 Turutin apa kata orangtua selagi yg disarankan adalah kebaikan. Ridho Allah ada pada Ridho orangtua. Jika mbak dan calon berjodoh, bagaimanapun halangannya insyaallah akan Allah pertemukan kembali dalam keadaan yg jauh lebih baik".

Waktu berlalu cukup lama. Mulai meminta pada-Nya yang terbaik. Barulah bisa memantapkan hati. Lalu memilih kalimat penerimaan. "Iya", Aku menerima niat baikmu. Setelah dijalani di kehidupan real, yang Aku tahu ilmunya minim. Ternyata lebih banyak ilmu Suami daripada Aku. Wajarlah kalau Aku ditakdirkan jadi Makmumnya dia. 😅 Hanya saja setelah menikah muncul sifat aslinya. Dulu, ketika di awal dia terlihat lebih rendah hati. Sekarang, terbukti justru ilmu-ilmunya lebih update dariku, dan dia suka share ke Istrinya ini. Nah kan betul!

Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam menyampaikan seorang hamba harus berprasangka baik kepada Allah saat menerima ujian. Ia mengingatkan Allah telah banyak memberikan nikmat dan karunia kepada manusia.

"Jika engkau tidak berprasangka baik terhadap Allah Ta'ala karena sifat-sifat Allah yang baik, maka berprasangka baiklah kepada Allah karena karunia dan pemberian-Nya kepadamu. Bukankah Dia senantiasa memberimu segala kenikmatan?" (Al-Hikam).

Mengutip terjemahan Al-Hikam karya Ustadz Bahreisy, ia menambah penjelasan Syekh Ibnu Atha'illah tersebut.

Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ ٱلْÙ‚ِتَالُ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ ÙƒُرْÙ‡ٌ Ù„َّÙƒُÙ…ْ ۖ ÙˆَعَسَÙ‰ٰٓ Ø£َÙ† تَÙƒْرَÙ‡ُوا۟ Ø´َÙŠْÙ€ًٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø®َÙŠْرٌ Ù„َّÙƒُÙ…ْ ۖ ÙˆَعَسَÙ‰ٰٓ Ø£َÙ† تُØ­ِبُّوا۟ Ø´َÙŠْÙ€ًٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø´َرٌّ Ù„َّÙƒُÙ…ْ ۗ ÙˆَٱللَّÙ‡ُ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ ÙˆَØ£َنتُÙ…ْ Ù„َا تَعْÙ„َÙ…ُونَ
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS Al-Baqarah: 216).

Life-Pertimbangan Jangka Panjang dan Pilihan Terbaik-Nya
Catatan Pembelajar
Palembang, 27012023


Comments

Popular Posts