Life Story, Tazkiyatun Nafs, Sabar dan Syukur
Baca, Like, Comen, dan Share!
Bagaimana bisa sampai di tempat ini? Tempat yang menjadi jalan rezeki dari-Nya untuk mencukupkan apa yang kami butuhkan selama beberapa tahun ini. Tidak pernah terprediksikan bisa berada di tempat ini. Berawal dari menjadi guru privat di sebuah komplek, lalu berkah dari menjadi seorang guru, dan restu ortu itu, lantas bisa mengantarkanku ke tempat ini. Tempat yang sebelumnya asing.
Qadarullah, Desember 2018 Allah menakdirkanku untuk bekerja di tempat ini. Bertemu dengan customer yang baik hatinya, lingkungan yg baik, rekan kerja yg baik, punya waktu untuk ke majelis setiap pekannya, waktu shalat yang terjaga, style pakaian yang syar'i, dan owner yg baik pula. Semua itu adalah Rezeki. Sedangkan gaji adalah bonus dari-Nya.
Kok ditempat ini kamu sulit ambil cuti??? Bukan sulit, hanya ada rasa nggak enak hati saja. Karena disini Aku bekerja dengan penuh tanggungjawab, dan dengan asas kekeluargaan. Kalau salah satu diantara kami tidak saling melengkapi (alfa) di waktu yang tidak tepat, akan kewalahan. Jadi, kalau cuti hanya untuk hal yang tidak urgent buat apa??? Rugi harus kehilangan peluang untuk saling memudahkan yg lainnya. Kita kerja buat apa sih? Selain buat cari cuan. Kan tujuan kerja yang sesungguhnya itu buat ibadah. Terus kalau libur ibadah nggak? Iya ibadah. Hanya kadar ke produktivitasnya saja yang berbeda. Tergantung niatnya. Aku juga nggak maksa orang harus jadi wanita karir, nggak juga komentar soal orang yang nggak kerja, atau punya bekerja tapi freelance. Bersyukur saja dengan apa yang sudah Allah berikan. Nggak usah neko-neko mau sama dengan prinsip hidup orang lain! Kan narasinya beda. Apalagi tokoh utamanya. Beda banget!
Kalau ada statement: "Enak lho, Aku nggak kerja. Jadi bisa liburan sesuka hati", atau "Mending kerja di rumah gih, nggak perlu taat pada aturan kerja. Santai pula, bisa atur cuan sendiri, mau gaji berapa saja bisa kita atur?"
Statementku "Iya Monggo! Silakan, menikmati hidupmu, prosesmu, dan kegiatanmu!"
Inget yah! Kalau setiap orang itu punya kemudahan dan kesulitannya sendiri-sendiri. Punya narasi yang jelas berbeda dengan narasi orang lain. Nggak bisa dipukul sama, dan harus ada di posisi yang sama seperti kemudahanmu! Takdir yang ditulis-Nya untukmu sudah sesuai sama porsi-Nya lho. Jadi stop mikirin hidup orang lain! Stop memposisikan dirimu itu harus ada di posisiku! Atau sebaliknya. Nggak akan baik! Sudah takdir Allah deh, yang paling baik dan terbaik buatmu.
Boleh nggak ngedengerin statemen ataupun persepsi orang lain perihal nikmat-Nya? Boleh! Yang nggak boleh itu kamu ngebandingin kenikmatan dirimu dengan kenikmatan orang lain. Ngoyo, mau menyatukan persepsi. Misal:
"Aku begini lho! Coba kamu seperti Aku!"
"Enak lho Aku, kamu sih terlalu taat pada aturan."
Bla-bla-bla, dan masih banyak lagi.
Aku tersenyum ketika harus merespon orang-orang yang seperti ini. Nggak apa-apa! Teko kan hanya menuangkan apa yang terisi di dalamnya. Orang hanya merespons sesuatu berdasarkan apa yang ada di pikirannya. Bukan pikiranmu! Iya yang menyatukan persepsi ini, yang nggak bisa! Karena narasi setiap orang itu beda. Nih Aku tegasin lagi! 😝🤪
Aku menikmati Rezeki dari-Nya, apa yang telah dimiliki, apa yang sudah dilalui dari hari ke hari, dilewati, dan dimampukan melalui step by step episode kehidupan ini. Begitu juga kamu, harus bersyukur tanpa perlu membandingkan, apalagi harus ngoyo menyamakan persepsi kita untuk sama. Jadi jangan buat hati kita berpenyakit, dengan lisan yang tidak terjaga. Jika tidak bisa berkata yang baik. Sudah ditegaskan, lebih baik diam, atau respon dengan bijak.
(QS. Asy-Syam: 9-10)
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاها
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.”
وَقَدْ خابَ مَنْ دَسَّاها
“Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Motivasi diri!
Cukuplah Allah cinta kepada seseorang karena ia sabar. Kecintaan Allah itu melebihi dari pada yang lain. Dan tidaklah seorang itu diberi sebuah pemberian oleh Allah yang lebih luas, lebih baik dari kesabaran.” Mengapa sabar itu lebih baik? Ibnul Jauzi mengatakan karena sabar itu pahalanya akan diberikan tanpa batasan, dan tanpa hitungan.
Hasan Al Basri mengatakan seorang manusia itu tidaklah memberikan penyakit atau rasa tidak enak kepada orang lain, tetapi jika kamu diberikan kesakitan oleh orang lain maka bersabarlah! Sungguh beruntung orang yang ketaqwaannya itu bisa mengalahkan nafsunya, dan kesabarannya mengalahkan syahwatnya.
Ketika berjumpa dengan orang-orang yang tak satu persepsi, atau frekuensi. Kita harus bersyukur, bisa bertemu dengan mereka. Karena mereka mengajarkan kita tentang sabar. Jika kita bersyukur pasti Allah tambahkan nikmat-Nya. Semakin kita bersyukur, maka Allah akan memberi balasan dengan menambahkan nikmat-nikmat-Nya.
Catatan Pembelajar,
Life-Tazkiyatun Nafs, Sabar dan Syukur
Palembang, 21 Februari 2023
10:35
Comments