Life Story, Tips Menghadapi Konflik Rumah Tangga

Baca, Like, Comen, dan Share!

 

Tidak ada keluarga yang tidak ada masalah. Sebesar apapun luapan emosi, hal terpenting adalah selalu berpikir positif untuk bisa mengurai masalah itu dengan sikap yang bijak, hati yang sabar, dan menerima semua ketetapan-Nya, lalu berbaik sangka pada-Nya. Jadikan motivasi, bahwa adanya konflik adalah bagian daripada ibadah terpanjang yang harus dilalui dalam mengarungi bahtera rumah tangga ini. Mustahil jika dalam menjalani kehidupan rumah tangga, keluarga kita tidak diuji. Pasti ada suka-duka yang akan dilalui bersama. Ingatlah bahwa visi keluarga kita adalah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat-Nya, dan berikhtiar sekuat hati untuk bisa sampai ke Syurga-Nya Allah nanti.

Hal yang harus dilakukan jika terjadi konflik dalam rumah tangga.

1. Meminta perlindungan Allah dengan do'a
“laa hawla wa laa quwwata illa billah” adalah kalimat yang berisi penyerahan diri dalam segala urusan kepada Allah Ta’ala. Hamba tidaklah bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menolak sesuatu, juga tidak bisa memiliki sesuatu selain kehendak Allah.

Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ‘Abdullah bin Qois,
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ
“Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga.” (HR. Bukhari, no. 7386)

2. Muhasabbah diri dan perbanyak istighfar
Lupakan luapan emosi yang tersimpan di hati, berbaik sangka pada-Nya bahwa masalah itu ada untuk mendekatkan diri pada-Nya. Jangan mengedepankan ego, dan larut dalam amarah. Sebab setan sangat mudah untuk menyusup dan membisikkan ke hati hamba-hamba-Nya. Jika kita marah, pikirkan efek negatif/imbas/hasil keputusan dari marahnya kita! Pikirkan lebih banyak mudharat yang terjadi. Jadi jangan berdalil soal siapa yang salah, dan siapa yang benar? Tidak perlu menjadi api jika pasangan kita adalah apinya. Dalam hal lain, berpikirlah “win win solution”, mencoba mencari solusi dari konflik yang ada.

3. Komunikasi dari hati ke hati
Allah akan memudahkan lisan, dan melapangkan hati kita untuk berbicara dari hati ke hati dengan pasangan kita, menyelesaikan step by step problem yang ada dengan cara bertutur kata yang baik. Meringankan lisan kita untuk meminta maaf, dan memberi stok maaf itu pada pasanga hidup kita. Flasback selalu, bagaimana perjuangan kita dengan pasangan hidup kita untuk sampai ke pelaminan. Banyak hal yang sudah diperjuangkan bersama. Jadii fokuslah melihat sisi kelebihan dan kebaikan pasangan kita. Bukan fokus kepada kekurangan dan kelemahan pasangan. Belajarlah untuk sabar, ikhlas, dan syukur dalam merawat hubungan ini bersama pasangan hidup kita. Nikmatilah dinamika kehidupan rumah tangga kita. Meskipun melewatinya seperti sedang bermain Rolles Coaster. Kadang menegangkan, kadang mengembirakan.

Bukan hanya kita yang Allah uji. Bahkan Rasulullah SAW pun pernah diuji dalam rumah tangganya. Rasulullah SAW pernah mengalami konflik dengan Istrinya Aisyah Ra. Tapi Rasulullah SAW tidak kalut dalam amarah. Akhlaknya terpuji. Rasulullah SAW adalah teladan yang baik dalam segala hal yang baik.

Mulai evaluasi diri! Jadi penting sebelum menikah, kita menilai secara objektif dan selektif pasangan hidup kita. Wajar! Ketika mengikuti kelas Pra-Nikah, ada beberapa materi yang membahas soal bagaimana cara kita menyelesaikan problematika kita nantinya dalam rumah tangga? Ini bisa menjadi pertimbangan kita dalam memilih sebuah keputusan. Mau menikah dengan lelaki arogan, pemarah, berprilaku kasar, atau dengan lelaki yang marahnya lebih diredam dengan diam, lalu mengambil jedah waktu untuk cendrung merenung sembari menghadapi masalahnya.

Jika kita adalah seorang perempuan lihatlah gambaran/citra laki-laki bertakwa seperti yang dimaksud oleh Imam Al-Hasan Al-Bashri, “(Nikahkanlah anakmu) dengan pemuda yang bertakwa kepada Allah yang kelak jika hatinya sedang senang ia akan menghormati anakmu dan jika sedang marah ia tidak akan menzaliminya,” (Imam Al-Ghazali, 2015 M: II/48).

Motivasi diri!
Adapun keteladanan Nabi Saw dalam menyelesaikan konflik rumah tangga.
a. Selalu Mengedepankan Akhlak Mulia
     "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku" (HR At-Tirmidzi no 3895 dari hadits Aisyah dan Ibnu Majah no 1977 dari hadits Ibnu Abbas dan dishahihakan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no 285).

"Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya". (HR At-Tirmidzi no 1162 dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Majah no 1987 dari hadits Abdullah bin 'Amr, dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no 284).

Ketika memberikan pengarahan kepada para suami, Rasulullah Saw bersabda, "Kamu harus memberi makan kepadanya sesuai yang kamu makan, kamu harus memberi pakaian kepadanya sesuai kemampuanmu memberi pakaian, jangan memukul wajah, jangan kamu menjelekannya, dan jangan kamu melakukan boikot kecuali di rumah" (HR. Ahmad nomer 20011, Abu Daud nomer 2142 dan dishahihkan Al-Albani).

b. Memahami Dan Menghormati Perasaan Pasangan
     Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Ketika Nabi saw berada di tempat salah seorang istrinya, salah seorang istri beliau (yang lain) mengirim sepiring makanan. Maka istri beliau yang beliau sedang di rumahnya pun memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah (sehingga makanan berhamburan). Lalu Nabi saw mengumpulkan pecahan piring tersebut dan mengumpulkan makanan yang berhamburan, sambil berkata, "Ibu kalian cemburu" (HR. Bukhari V/2003 no 4927).

Al Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan, "Perkataan Nabi Saw : Ibu kalian cemburu" adalah udzur dari Nabi Saw (untuk istri beliau yang menyebabkan pecahnya piring) agar sikap istrinya tersebut tidak dicela. Nabi saw mengerti dan menghormati perasaan istrinya.

c. Tidak Bersikap Otoriter Terhadap Pasangan
    Dalam mengambil keputusan apapun sangat penting meminta persetujuan dari istri, dan tidak memutuskan segala sesuatu secara sepihak. Meskipun lelaki/imam berhak melakukan hal itu.

d. Hindari Kekerasan Fisik Dan Psikis.
    Hadapilah semua ujian rumah tangga dengan dewasa, dan bijak dalam bersikap. Insan yang beriman, tahu bagaimana cara bersikap dan memperlakukan pasangan hidupnya dengan akhlak yang baik. Seperti pesan dari Pak Cahyadi Takariawan. “yang dirawat akan tumbuh dan bersemi, yang terlantar akan layu dan mati.”

Wallahu a’lam.
Tetep berikhtiar keras yah! Untuk mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat bersama pasangan hidup kita.


Palembang, 10 Mei 2023
14:59

Comments

Popular Posts